Romantisme Avengers dan Iron Man: Ia yang Memulai Maka Ialah Yang mengakhiri
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Di
bumi, Tony Stark langsung disambut oleh istri dan rekan-rekannya. Setelah itu,
Para Avengers yang tersisa, Tony Stark,
Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Thor (Chris hemsworth), Natasha
Romanoff/Black Widow (Scarlett Johanson), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffallo),
James Rhodes/War Machines (Don Cheadle), Okoye (Danai Gurirra), dan Rocket
Raccon (Bradley Cooper) melihat data-data tentang orang-orang yang hilang.
Avengers
Endgame berhasil mengukirkan sejarah di ujung dekade kedua abad ke-21. Dengan
antusias yang terlihat tidak masuk akal. Bayangkan saja, penonton rela menonton
sejak pukul 5 pagi dan bioskop beroperasi selama 24 jam. Selama saya menjadi
penikmat film, ini adalah kali pertama hal seperti ini terjadi. Mungkin saja
hal ini tidak akan terulang dalam waktu dekat. Salah satu yang berpeluang besar
mengulangi kegilaan ini adalah Star Wars Episode IX. Tetapi melihat episode
VIII yang mengalami penurunan drastis di sisi pendapatan dan Solo A Star Wars Movie yang gagal,
hal ini mungkin akan sulit terjadi, Star Wars tetaplah Star Wars, kita lihat
saja.
Penampil
terbaik layak diberikan kepada duo Chris Evans dan Robert Downey Jr. mereka
mampu menampilkan masing-masing karakter dapat memgang teguh prinsip
masing-masing dan dapat menunjukkan kebimbangan ketika dbenturkan dengan misi
menyelamatkan umat manusia. Proses perubahan itu memang dinampakkan dengan
dramatis, terutama Tony Stark. ‘Membuatmu berhenti adalah salah satu dari
sedikit kegagalanku’ Pepper Potts. Kalimat itu cukup menggambarkan bahwa Tony
takkan berhenti.
Judul
|
: Avengers : Endgame
|
Sutradara
|
: Joe Russo
& Anthony Russo
|
Penulis
Skenario
|
: Christopher
Markus & Stephen Mcfeely
|
Genre
|
: Action,
SciFi, Drama
|
Pemain
|
: Robert
Downey Jr., Chris Evans, Mark Ruffallo, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson,
Jeremy Renner, Josh Brolin, Don Cheadle, Bradley Cooper, Danai Gurira, Paul
Rudd, Gwayneth Paltrow, Karen Gillan, Tom Holland
|
Rilis
|
: April 2019
|
Durasi
|
: 181 Menit
|
Jagad
maya dan nyata sedang heboh dengan perilisan film terbaru Marvel Cinematic Universe (MCU). Film ke-22 ini merupakan akhir
dari sebuah semesta yang berusia 11 tahun. Akhir yang mengaduk-aduk emosi
penonton. Akhir yang membanjiri lantai bioskop dengan air mata penggemar setia
yang tumbuh bersama para pahlawan fiksi terbesar dunia.
Sejak
setahun lalu, ketika Avengers: Infinity War tayang, banyak penggemar yang sudah
menantikan film yang dipastikan akan mengakhiri perjalanan The Original Six aka anggota asli Avengers. Akhir cerita Infnity War yang membuat penggemar kesal
menambah daya semangat untuk menantikan film yang digadang-gadang akan menjadi
salah satu film terlaris sepanjang masa.
Film
ini diawali dengan Clint Barton/Hawkeye yang sedang mengadakan piknik bersama dengan
keluarganya. Ia melatih putrinya dalam memanah, kedua putranya bermain baseball
dan istrinya mempersiapkan makanan. Ketika itulah tiba-tiba keluarganya
menghilang menjadi debu. Ini adalah efek dari perbuatan Thanos.
Di
sisi lain, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey Jr.) dan Nebula (Karen Gillan)
yang sedang terdampar di ruang angkasa usai pertarungan yang berujung kekalahan
melawan Thanos (Josh Brolin) di planet Titan. Tony dan Nebula sedang menghibur
diri dengan bermain-main. Tony pun menghidupkan helm armor Mark L nya dan
merekam salam perpisahan untuk istrinya Pepper Potts (Gwayneth Paltrow).
Ia
bercerita bahwa oksigen akan habis esok hari. Ia berpesan apabila ia mati,
berdukalah sebentar lalu lanjutkan hidup meskipun diliputi perasaan bersalah.
Ia kemudian tertidur karena kelelahan. Nebula pun memindahkannya ke kursi
kemudi. Di tengah keputusasaan itulah sebuah bantuan datang. Carol Denvers/Captain
Marvel (Brie Larson) datang membantu mereka. Dengan kekuatannya ia dapat
membawa pesawat tersebut kembali ke markas Avenger di bumi.
![]() |
| Every Marvel Cinematic Universe Movie |
Tony
Stark yang sudah depresi akan kekalahan yang membuatnya kehilangan Peter
Parker/Spider-Man (Tom Holland), Stephan Strange (Benedict Cumberbatch), Groot
(Vin Diesel), Drax (Dave Bautista), Mantis (Pom Klementieff), dan Peter Quill
(Chris Pratt). Ia juga depresi dan akan menyerah pada takdir yang sudah
terjadi. Ia takkan iku-ikutan lagi atas rencana mengkonfrontasi Thanos.
Setelah
menyusun rencana dan menemukan lokasi Thanos, para pahlawan pun pergi
mendatangi Thanos di tempat yang dinamainya The
Garden. Thanos yang merasa tak bersalah dengan perbuatannya pun dipenggal
kepalanya oleh Thor. Cerita berakhir? Tentu saja tidak.
Waktu
sudah berlalu lima tahun. Manusia yang hilang dibuatkan monumen untuk mengenang
mereka. Dunia benar-benar berada di ambang kehancuran. Kehancuran setengah
semesta malah membuat banyak hal menjadi tidak seimbang. Steve Rogers yang
sering mendengar cerita orang-orang yang ditinggal keluarganya pun terenyuh
oleh kisah-kisah tersebut. Meskipun ia mengajak orang lain untuk terus maju, ia
tidak pernah bisa untuk itu. Some people
move on, but not us.
Harapan
itu kembali lagi dengan kembalinya Scott Lang/Ant Man (Paul Rudd) dari alam kuantum.
Ia yang kebingungan dengan keadaan sekitarnya pun kembali ke rumahnya dan
bertemu dengan putrinya, Cassie Lang (Emma Fuhrman) yang sudah beranjak remaja.
Ia kemudian datang ke markas Avengers untuk menjelaskan tentang teori Kuantum
dan konsep mesin waktu. Ketika mereka menceritakan rencana ini kepada Tony, ia
dengan tegas menolak rencana untuk berkesperimen dengan mesin waktu.
Mereka
pun beralih meminta bantuan Bruce Banner yang sudah menjadi Profesor Hulk.
Meskipun berada di luar bidang keahliannya, mereka percaya bahwa Bruce dapat
memecahkan masalah ini. Tony yang menolak malah melakukan ekseperimen di
rumahnya dan berhasil. Dengan ragu-ragu ia menceritakan semuanya kepada Pepper
dan ia pun bergabung dengan proyek gila itu keesokan harinya
Di
markas Avengers, ia menemui bahwa para Avengers sedang dalam masa kesulitan
karena percobaan yang berakhir dengan kegagalan. Mereka pun menjalankan misi
gila ini dan mencoba untuk mengembalikan realita yang sebenarnya. Misi yang
diiringi dengan pengorbanan besar dan tangisan serta tawa yang tak hentinya
mengiringi petualangan terakhir mereka.
Marvel
Cinematic Universe dimulai dengan Iron Man (2008). Marvel yang sempat hampir
bangkrut memutuskan untuk membuat sebuah semesta yang berkelanjutan. Film-film
tersebut terbagi ke dalam fase-fase yang berujung di film Avengers. Sampai saat
ini, sudah ada 22 film yang diproduksi dalam kurun waktu 11 tahun. Penggemar
yang sebagian besar merupakan millennial hidup tumbuh bersama para pahlawan
super di layar perak.
Berbagai
suka-duka sudah dilalui oleh para pehlawan tersebut. Iron Man yang awalnya
merupakan billionaire, playboy, genius,
philanthropic dude berubah menjadi self-sacrificing
person for the world setelah berbagai kejadian. Tokoh yang menjadi pusat
semesta ini bersma dengan Thor dan Captain America adalah tokoh yang benar-benar
mengalami perubahan drastis. Perubahan itu juga terjadi pada Cap dan Thor. Cap
yang merupakan seorang prajurit harus rela melepas kesetiannya setelah ia tahu
negara yang dibelanya tidak sebersih yang ia kira. Thor juga berubah dari
pangeran sombong pecinta perang menjadi raja bijak yang sudah kehilangan
segalanya.
Babak
pertama film ini merupakan fondasi yang sangat baik untuk sebuah film
superhero. Pace yang lambat dan kental akan drama membuat babak pertama film
ini dibuat untuk menggambarkan bahwa dampak kejadian ‘menghilang masal’
tersebut sangat besar. Babak pertama juga dikemas dengan beberapa guyonan yang
sangat menyentil.
Beberapa
momen yang terasa sangat menyentuh adalah ketika Tony yang sudah mempunyai
keluarga mencoba untuk berhenti menjadi seorang pahlawan. Rasa ketakutannya
kehilangan keluarganya lah pemicunya. Hal
ini juga terdapat pada pernyataan Natasha. “Dahulu aku tidak mempunyai apa-apa,
kini aku punya ini (Avengers, Red).” Cap juga punya momennya ketika ia
mendengarkan keluh kesah orang-orang yang kehilangan keluarganya.
Aspek
drama ini membawa efek transisi yang sangat dalam dari babak pertama ke babak
kedua. Transisi dimulai dengan kembalinya Ant-Man dari Alam Kuantum. Di babak
kedua, premis mesin waktu pun dijalankan dengan pembagian tim yang terlihat
filosofis. Tony dan Steve yang sempat berseteru dipasangkan satu tim dan harus
kembali ke event sebelumnya. Event yang sangat emosional bagi para penggemar.
Thor dan Rocket memang tidak mempunyai ikatan emosional khusus. Tetapi ini adalah
sebuah petunjuk masa depan. Nebula dan Rhodes juga tidak memiliki ikatan khusus
dan memang tidak ada momen khusus di antara mereka. Clint dan Nat lah yang
memiliki hubungan yang paling dalam.
Meskipun
hubungan mereka di masa lalu masih belum dijelasakan secara rinci. Tetapi,
mereka sudah seperti saudara yang saling melindungi. Sekilas, Natasha pernah
mengatakan bahwa Clint lah orang yang menyelamatkannya. Tetapi, penjelasan
rincinya akan ada di film solo Black Widow. Momen ketika mereka kembali menyebut
Budapest pun kembali membuat penonton penasaran untuk mendapatkan penjelasan
rincinya. Momen inilah yang membuat babak kedua ini benar-benar nostalgia.
Di
babak kedua ini juga banyak dijejalkan referensi komik. Satu yang benar-benar
menarik adalah ketika Cap berpura-pura menjadi Hydra. Terdapat pula adegan
recall yang sangat legendaris di MCU. Babak kedua ini diakhiri dengan tangisan dan
tawa. Pengorbanan dan cinta adalah kunci dari babak ini. Babak yang benar-benar
membawa kita menelusuri kembali jalan yang sudah dilalui oleh para pahlawan
kita. Babak ini diakhiri dengan pertemuan Tony Stark dengan ayahnya, Howard
Stark.
Babak
ketiga atau puncak dari film ini benar-benar dapat membuat para penonton
terpukau. Sebuah pertarungan epic yang benar-benar disembunyikan Marvel dari
media promosi. Sebuah suguhan yang sangat memanjakan mata. Meskipun tidak
benar-benar megah (kurang megah, red) momen di babak ini adalah momen puncak
yang benar-benar menunjukkan sebesar apa semesta yang sudah dibangun oleh
Marvel Studio salama sebelas tahun terakhir.
Babak
ketiga ini benar-benar adalah sebuah puncak mahadahsyat dari sebuah film.
Meskipun tentu saja berharap yang lebih baik adalah sebuah kebolehan bagi para
penonton. Tetapi, suguhan yang diberikan Marvel sudah lebih dari cukup. Avenger
Assemble, woman power, 3on1 battle, get the gauntlet out of here, hingga sebuah
teori yang menjadi nyata. Marvel mampu menyuguhkan itu semua dalam babak ke
tiga ini.
Babak
ketiga tidak kalah emosional dengan babak-babak sebelumnya. Setelah tensi yang
naik, kemudian ketika senyuman penuh kemenangan tersimpul di wajah, senyuman
itu berubah menjadi tetesan air mata. Air mata jatuh seiring dengan gugurnya
sang pahlawan. Sebuah alasan untuk menjadi legenda sepanjang masa.
Babak
keempat bukanlah sekadar penutup yang hangat. Penutup ini terlihat sebagai
akhir terbaik dari semuanya. Kehilangan seorang tokoh besar tetapi misi utama
dapat terselesaikan. Babak keempat adalah babak yang benar-benar menunjukkkan
bahwa Avenger Infinity Saga sudah berakhir disini. Masa depan akan berbeda.
Masa depan akan mempunyai rencananya sendiri.
Mengambil
konsep perjalanan waktu dalam menyelesaikan masalah adalah suatu hal yang
berisiko. Konsep perjalanan waktu yang menyebabkan efek paradox seringkali
dijadikan alasan utama banyaknya plot holes di kedepannya. Marvel yang sudah
memperkenalkan konsep multiverse lewat serial Agents of Shield season 5 memilih
untuk menghilangkan paradox dengan menggunakan konsep multiverse. Perubahan apapun
di masa lalu tidak akan mengubah apapun di masa depan tetapi membuat alur waktu
baru.
Konsep
ini tentu saja meninggalkan plot holes di ujung cerita. Captain America yang
memutuskan untuk menjalani hidup normal usai mengembalikan batu abadi ke garis waktunya
masing-masing. Pernyataan yang menyebutkan masa depan takkan terpengaruh oleh
masa lalu mentah di sini. Captain America menua dan duduk di tepian danau. Ini
kontradiktif dengan konsep bahwa satu-satunya gerbang masuk dan keluar adalah
lewat jembatan kuantum.
Meskipun
meninggalkan sebuah plot hole, konsep tersebut bisa saja akan diperjelas di
masa depan Marvel Cinematic Universe. Dengan menyisakan satu film di fase
ketiga, Spider-Man Far From Home, mungkin saja Marvel berencana untuk
menjelaskan masalah ini. Biarlah itu menjadi perdebatan untuk sementara waktu.
Kita takkan pernah mendaptkan penjelasan ilmiahnya. Karena perjalanan waktu
belum dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan.
![]() |
| Thank You BTW! |
Sesorang
yang memulai sesuatu, maka seharusnya ia pulalah yang mengakhirinya. Itulah
frasa yang paling tepat menggambarkan film ini. Anthony Edward Stark adalah
orang yang memulai semesta ini sebelas tahun lalu dan sekarang, ia menjadi
seorang legenda yang akan dikenang. Begitu pula orang yang memerankan tokoh
tersebut The One and Only Robert
Downey Jr., setiap orang akan menyebut Robert adalah Tony dan Tony adalah
Robert. Marvel memberikan akhir yang indah untuknya. Better died a hero than live long enough to be a villain. Well said.
(Sorry quote dari DC).
Secara
teknis, Marvel sudah dapat menampilkan hal yang begitu megah terutama di sisi
visual. Sisi scoring terutama di main theme selalu membuat penonton merinding.
Hal yang sama ketika mendengar opening Game of Thrones dan Star Wars. Dari sisi
make up dan costume tidak ada hal yang istimewa dan mendobrak. Iron Man diberi
armor baru Mark LXXXV tapi itu adalah CGI, alih-alih sebuah kostum.
![]() |
| Best Credit Sequence Ever! |
Apapun
itu, Avengers Endgame adalah sebuah fenomena dan sudah seharusnya begitu. Ia
adalah penutup yang sempurna untuk semesta ini. Di masa depan mungkin saja
dunia perfilman bisa membuat fenomena yang lebih besar dari Avengers Endgame.
Tetapi, generasi kita sudah diberikan memnajdi saksi sejarah fenomena ini. Kita
memang tidak menjadi saksi sejarah hal-hal yang lebih besar bagi peradaaban.
Tetapi kita tetap bangga menjadi saksi sebuah fenomena perfilman dunia. Ini
adalah akhir dari sebuah permulaan. Kita masih akan menyaksikan banyak di masa
depan. Bersiap-siap dan nikmati film ini.
Film
ini sudah menciptakan rekor dalam berbagai hal. Salah satu rekor tersebut
adalah meraih pendapatan opening weekend terbesar dalam sejarah. 1.2 Miliar US
Dollar dalam waktu lima hari adalah sebuah hal yang fantastis. They deserve it.
I Love You 3000, Tony. End is Part
of a Journey.







Comments
Post a Comment