Kelapa Sawit yang Menjanjikan dan Perlu Pembenahan
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
![]() |
| sumber: istimewa |
Perkebunan kelapa sawit (Elaeis) adalah salah satu perkebunan yang umum ditemukan di wilayah Sumatera, wilayah saya. Terutama di Sumatera Utara dimana salah satu penyokong utama ekonomi adalah kelapa sawit. Di Sumatera Utara sendiri kelapa sawit dan karet sudah umum ditemukan di banyak kabupaten. Salah satunya adalah kabupaten asal keluarga saya. Kabupaten Padang Lawas.
Bicara
tentang industri kelapa sawit berarti bicara tentang asal saya. Sejak kecil,
saya sudah dekat dengan industri ini. Sebagai anak yang berasal dari Provinsi
Sumatera Utara sudah barang tentu saya familiar dengan ini. Apalagi, wilayah
tempat saya tumbuh adalah salah satu wilayah dengan industri kelapa sawit
terbesar. Pendapatan utama di wilayah itu adalah bersal dari pertanian kelapa
sawit.
Terdapat
beberapa jenis pelaku ekonomi yang hidup mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kelapa sawit. Pelaku pertama adalah pemilik kebun. Pemilik kebun adalah mereka
yang memiliki kebun kelapa sawit baik dengan menanam sendiri maupun membeli kebun
yang sudah ditanam. Keluarga saya adalah salah satu yang termasuk disini.
Pendapatan utama keluarga saya bergantung pada harga pasaran kelapa sawit. Jika
harga kelapa sawit murah maka pemilik kebun lakan berada dalam kesulitan. Kesulitan
ini akan merambat ke pelaku lainnya.
Pelaku
kedua adalah pengelola kebun. Biasanya pemilik kebun tidak serta merta mengurus
kebunnya sendiri. Pemilik kebun mempekerjakan orang lain untuk menjaga, merawat
dan memanen kebun ketika sudah waktunya. Kedua belah pihak akan terlibat
perjanjian yang tertulis ataupun tidak tertulis. Pengelola akan dibebani dengan
tangungjawab yang sesuai dengan apa yang disepakati.
Pelaku
ketiga adalah pembeli hasil. Pembeli hasil atau dapat disebut toke sawit adalah
pihak yang mempunyai otoritas untuk menghubungkan petani sawit dengan pihak
pabrik. Mereka biasanya membeli hasil pertanian kemudian menjualnya ke pabrik.
Untuk menjadi ini, biasanya membutuhkan izin usaha yang diurus kepada
pemerintah setempat. Mereka biasanya bekerja sama dengan pemilik truk atau
memiliki truk sendiri untuk menjemput hasil dan mengantarkannya ke pabrik.
Pelaku
keempat adalah pabrik. Seluruh hasil pertanian akan diantarkan ke pabrik untuk
diolah. Pabrik membeli hasil pertanian sesuai dengan harga yang tertera di
pasaran. Di pabrik lah, hasil kelapa sawit diolah menjadi bahan mentah (CPO) sebelum
kemudian siap untuk diekspor. Pabrik sendiri ada dua jenis yaitu: milik
pemerintah dan milik swasta.
Industri
kelapa sawit adalah industri yang sangat besar dan menyumbangkan duit triliunan
Rupiah bagi devisa negara. Tetapi, akhir-akhir ini nilainya menurun. Dilansir
dari CNBC Indonesia, Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan nilai ekspor produk
minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia akan mengalami penurunan
signifikan hingga akhir 2019.
Salah
satu yang menjadi penyebab masalah ini adalah ketidakmampuan kita untuk
mengendalikan harga pasar. Hal ini karena ketidakmampuan mengolah hasil kelapa
sawit. Alih-alih mengolah CPO sendiri, kita hanya dapat menjual minyak mentah
tersebut ke pasar internasional. Oleh karena itulah kini kita harus mampu
mengolah sendiri karena hal itu akan meningkatkan perekonomian.
![]() |
| Palm Oil |
Seperti
yang disebutkan pada media-media online, kelapa sawit adalah penyumbang devisa
yang sangat besar bagi Indonesia. Penurunan nilai ekspor sawit akan mengurangi
pendapatan negara. Jadi, untuk meningkatkan hal tersebbut perlulah bantuan dari
pemerintah agar kita dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat industri
kelapa sawit.
Hal
ini nampaknya akan berada di jalan yang tepat. Dilansir oleh heta news,
Laboratorium Institut Teknologi Bandung sudah dapat menciptakan bahan bakar
nabati sendiri. Hal ini akan mennguntungkan kita. Akademisi Reaksi Kimia dan
katalis ITB, IGB Ngurah Makertiharta mengatakan kalau ini akan membuat Eropa
panik. Guru Besar ITB ini juga optimis ini akan meningkatkan perekonomian para
pelaku ekonomi kelapa sawit.



Comments
Post a Comment