Once Upon a Time in Hollywood yang Sensitif dan Nostalgik
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Setelah empat tahun, akhirnya sutradara kesayangan banyak penggemar film genre noir dan neo-noir kembali mempersembahkan film terbarunya. Quentin Tarantino mempersembahkan Once Upon a Time in Hollywood. Film yang memperlihatkan era keemasan Hollywood dan mengambil cerita yang sensitif di kalangan penggemar Hollywood dekade 60-an. Ya, film ini mengangkat kembali luka akibat pembunuhan salah satu bintang besar Hollywood, Sharon Tate yang dibunuh oleh penganut sekte sesat, Keluarga Manson. Ia dibunuh saat usia kehamilannya 8.5 bulan dan tinggal menunggu waktu untuk melahirkan.
8 Agustus 1969 adalah hari yang menyedihkan bagi Sharon Tate. Saat sedang berada di rumahnya, Tate dan tamu-tamunya: penata rambut Jay Sebring, penulis Wojciech Frikowski dan kekasihnya Abigail Filger harus meregang nyawa dibunuh oleh empat orang pelaku dari keluarga Manson pimpinan Charles Manson, sekte yang rela berbuat apapun atas perintah Manson yang sudah dianggap setengah dewa. Manson sendiri menganggap para wanita-wanita pembunuh ini sebagai bidadari yang berasal dari mitologi Yunani Furies of Greek. Dalam mitos itu, Furies adalah tiga bidadari pembalas dendam: Tisiphone (pembunuhan), Megaera ( kecemburuan), dan Alecto (kemarahan).
Pembunuhan ini berasal dari dendam Manson dengan produser Terry Melcher yang sebelumnya tinggal di rumah Tate dan Polanski. Misi ini pun nampaknya memang seperti korban salah sasaran. Para algojo sendiri yaitu:Tex Watson, Susan Atkins, Linda Kasabian, dan Patricia Kremwinkel sama sekali tidak mengenal calon korban. Mereka hanya menjalankan misi.
Sharon Tate sendiri mati dengan 16 luka tusukan terutama di perutnya. Folger yang sebelumnya sempat lari kemudian tertangkap dan mati ditikam 28 kali. Korban lainnya juga mati terkena tusukan dan tembakan. Termasuk Steven Parel yang tidak sengaja berpapasan.
Butuh enam bulan untuk dapat menangkap para pembunuh ini. Pada saat sidang, Charles Manson hadir dengan ukiran silang di dahinya kemudian pada kesempatan lain diganti dengan lambang swastika. Ketiga perempuan juga membuat aksi yang sama dan menggundul kepala mereka. Awalnya, mereka dijatuhi hukuman mati. Kemudian, hukuman dikurangi menjadi penjara seumur hidup. Charles Manson sendiri mati di penjara 2017 lalu.
Isu sensitif tersebut awalnya ditentang oleh keluarga Tate untuk diangkat dan dijadikan film. Terutama oleh suami Tate, sutradara Roman Polanski yang pada saat kejadian sedang berada di Eropa untuk proyek filmnya. Tetapi, Tarantino berhasil meyakinkan mereka kalau film ini akan menjadi sesuatu yang wah. Dan begitulah hasilnya.
Begitu juga dengan tentangan lain dari keluarga aktor kawakan Bruce Lee. Tantangan hadir karena pihak keluarga menganggap film ini menjelek-jelekkan nama baik sang legenda film laga. Bagaimana tidak, difilm ini sang aktor diperlihatkan takluk oleh karakter yang diperankan oleh Brad Pitt. Bukan hanya kalah, karakter Lee difilm ini juga diperlihatkan angkuh dan pamer kekuatan. Sesuatu yang menurut keluarganya tidak akurat sama sekali. Tetapi, sekali lagi Tarantino dapat meyakinkan pihak keluarga untuk tidak menilai sesuatu secara sepenggal.
Bagi pengemar film-film lawas, film ini seakan membawa penonton kembali ke dekade 1960-an. Hollywood yang klasik dan megah itu benar-benar digambarkan dengan detail dan tentu saja, Tarantino tidak pakai efek digital. Ia menggunakan efek praktikal yang rumit dan sudah mulai ditinggalkan oleh sineas modern. Ditambah lagi, sokongan performa maksimal aktor-aktornya, membuat film ini benar-benar memberikan sesuatu yang segar. Mengingat akhir-akhir ini, dunia perfilman terlalu ramai dengan adaptasi, remake, sekuel, jagad sinematik dan sebagainya yang tidak berdasarkan ide orisinal. Film ini memberikan pengalaman menonton sesuatu yang orisinal. Seperti era 90-an dengan film-film yang minim adaptasi.
Leonardo DiCaprio, aktor kesayangan banyak orang itu kembali membuktikan kalau dia masihlah aktor nomor satu di Hollywood dan dunia. Meski performanya mungkin tidak segila di the Revenant, tetapi membuat penulis sedikit melihat tanda-tanda kemenangan di Academy Award nanti (ini pendapat empat bulan lalu loh ya). Brad Pitt juga menampilkan performa yang gemilang sebagai tokoh pendukung yang mampu mencuri adegannya sendiri. Tentu saja, mbak Harley Quinn, Margot Robbie mampu memberikan penampilan yang sensual dan menggoda. Cukup untuk membuat kaum Adam tidak berkedip dari layar ketika ia berada di layar perak.
Untuk masalah teknis, tak ada yang meragukan seorang Quentin Tarantino. Dia adalah legenda dengan segudang film-filmnya yang akan menjadi warisan sejarah suatu saat lagi. Dan beruntunglah bagi Anda yang masih hidup dan menyaksikan karya salah satu ahli film generasi ini.
Bagi mereka yang mengeluh dan mengatakan film ini membosankan, tidak ada adegan baku hantamnya dan lain sebagainya. Tolong, film ini adalah film drama komedi. Lihat aja di Google sendiri kalau tidak percaya. Ini bukan film aksi. Jadi ya wajar aja. Juga bagi yang mengatakan film ini kebanyakan dialog dan ngomong-ngomong. Tontonlah banyak-banyak film Tarantino atau Nolan misalnya. Dialoglah yang membuat film mereka tampak berkelas. Selain sisi teknis dan logika cerita tentu saja.
Tiada film Tarantino tanpa adegan kaki hahaha. Kali ini, untuk yang satu ini tidak terlalu spesial. Biasa aja. Seperti hanya fan-service. Pulp Fiction masih the Best, deh!
Film ini bercerita tentang seorang aktor berbakat Rick Dalton (Leonardo DiCaprio) yang mulai kehilangan pamornya. Di era 50-an, ia merupakan aktor yang terkenal lewat serial Bounty Law. Ia ditemani oleh asistennya yang temperamen, Cliff Booth yang merupakan mantan stunt-man. Ia kemudian kembali mencari ketenaran lewat pilot serial Lancer. Sedangkan Sharon Tate (Margot Robbie) menghabiskan waktunya dengan pergi ke bioskop untuk menonton filmnya, the Wrecking Crew. Film mengalir dan mengalir hingga sampailah pada akhir cerita yang ngetwist abis.
Film ini tampaknya akan bersaing dengan film-film seperti Rocketman, Joker, dan Avengers Endgame dalam kategori utama Best Picture Oscar. (Sorry readers, it's my fault!)
Note: untuk mendapatkan pengalaman maksimal, bacalah artikel tentang kasus Sharon Tate. Untuk sekadar informasi, Rick dan Cliff adalah karakter fiksi.
Referensi: merinding.com, kumparan.com
Judul
|
: Once Upon a Time in Hollywood
|
Sutradara
|
: Quentin Tarantino
|
Penulis Skenario
|
: Quentin Tarantino
|
Genre
|
: Drama, Comedy
|
Pemain
|
: Leonardo DiCaprio, Brad Pitt, Margot
Robbie, Dakota Fanning, Luke Perry, Margaret Qualley, Al Pacino
|
Rilis
|
: Agustus 2019
|
Durasi
|
: 160 Menit
|
Setelah empat tahun, akhirnya sutradara kesayangan banyak penggemar film genre noir dan neo-noir kembali mempersembahkan film terbarunya. Quentin Tarantino mempersembahkan Once Upon a Time in Hollywood. Film yang memperlihatkan era keemasan Hollywood dan mengambil cerita yang sensitif di kalangan penggemar Hollywood dekade 60-an. Ya, film ini mengangkat kembali luka akibat pembunuhan salah satu bintang besar Hollywood, Sharon Tate yang dibunuh oleh penganut sekte sesat, Keluarga Manson. Ia dibunuh saat usia kehamilannya 8.5 bulan dan tinggal menunggu waktu untuk melahirkan.
PEMBUNUHAN SHARON TATE
![]() |
| Sharon Tate pada 6 Agustus 1969, dua hari sebelum pembunuhan |
8 Agustus 1969 adalah hari yang menyedihkan bagi Sharon Tate. Saat sedang berada di rumahnya, Tate dan tamu-tamunya: penata rambut Jay Sebring, penulis Wojciech Frikowski dan kekasihnya Abigail Filger harus meregang nyawa dibunuh oleh empat orang pelaku dari keluarga Manson pimpinan Charles Manson, sekte yang rela berbuat apapun atas perintah Manson yang sudah dianggap setengah dewa. Manson sendiri menganggap para wanita-wanita pembunuh ini sebagai bidadari yang berasal dari mitologi Yunani Furies of Greek. Dalam mitos itu, Furies adalah tiga bidadari pembalas dendam: Tisiphone (pembunuhan), Megaera ( kecemburuan), dan Alecto (kemarahan).
![]() |
| Para Bidadari Pembunuh Manson |
Sharon Tate sendiri mati dengan 16 luka tusukan terutama di perutnya. Folger yang sebelumnya sempat lari kemudian tertangkap dan mati ditikam 28 kali. Korban lainnya juga mati terkena tusukan dan tembakan. Termasuk Steven Parel yang tidak sengaja berpapasan.
![]() |
| Charles Manson |
Butuh enam bulan untuk dapat menangkap para pembunuh ini. Pada saat sidang, Charles Manson hadir dengan ukiran silang di dahinya kemudian pada kesempatan lain diganti dengan lambang swastika. Ketiga perempuan juga membuat aksi yang sama dan menggundul kepala mereka. Awalnya, mereka dijatuhi hukuman mati. Kemudian, hukuman dikurangi menjadi penjara seumur hidup. Charles Manson sendiri mati di penjara 2017 lalu.
FILM YANG PENUH KONTROVERSI DAN TANTANGAN
![]() |
| Oscar for Leo? |
Isu sensitif tersebut awalnya ditentang oleh keluarga Tate untuk diangkat dan dijadikan film. Terutama oleh suami Tate, sutradara Roman Polanski yang pada saat kejadian sedang berada di Eropa untuk proyek filmnya. Tetapi, Tarantino berhasil meyakinkan mereka kalau film ini akan menjadi sesuatu yang wah. Dan begitulah hasilnya.
Begitu juga dengan tentangan lain dari keluarga aktor kawakan Bruce Lee. Tantangan hadir karena pihak keluarga menganggap film ini menjelek-jelekkan nama baik sang legenda film laga. Bagaimana tidak, difilm ini sang aktor diperlihatkan takluk oleh karakter yang diperankan oleh Brad Pitt. Bukan hanya kalah, karakter Lee difilm ini juga diperlihatkan angkuh dan pamer kekuatan. Sesuatu yang menurut keluarganya tidak akurat sama sekali. Tetapi, sekali lagi Tarantino dapat meyakinkan pihak keluarga untuk tidak menilai sesuatu secara sepenggal.
Bagi pengemar film-film lawas, film ini seakan membawa penonton kembali ke dekade 1960-an. Hollywood yang klasik dan megah itu benar-benar digambarkan dengan detail dan tentu saja, Tarantino tidak pakai efek digital. Ia menggunakan efek praktikal yang rumit dan sudah mulai ditinggalkan oleh sineas modern. Ditambah lagi, sokongan performa maksimal aktor-aktornya, membuat film ini benar-benar memberikan sesuatu yang segar. Mengingat akhir-akhir ini, dunia perfilman terlalu ramai dengan adaptasi, remake, sekuel, jagad sinematik dan sebagainya yang tidak berdasarkan ide orisinal. Film ini memberikan pengalaman menonton sesuatu yang orisinal. Seperti era 90-an dengan film-film yang minim adaptasi.
Leonardo DiCaprio, aktor kesayangan banyak orang itu kembali membuktikan kalau dia masihlah aktor nomor satu di Hollywood dan dunia. Meski performanya mungkin tidak segila di the Revenant, tetapi membuat penulis sedikit melihat tanda-tanda kemenangan di Academy Award nanti (ini pendapat empat bulan lalu loh ya). Brad Pitt juga menampilkan performa yang gemilang sebagai tokoh pendukung yang mampu mencuri adegannya sendiri. Tentu saja, mbak Harley Quinn, Margot Robbie mampu memberikan penampilan yang sensual dan menggoda. Cukup untuk membuat kaum Adam tidak berkedip dari layar ketika ia berada di layar perak.
![]() |
| Mbak Harley!! |
Bagi mereka yang mengeluh dan mengatakan film ini membosankan, tidak ada adegan baku hantamnya dan lain sebagainya. Tolong, film ini adalah film drama komedi. Lihat aja di Google sendiri kalau tidak percaya. Ini bukan film aksi. Jadi ya wajar aja. Juga bagi yang mengatakan film ini kebanyakan dialog dan ngomong-ngomong. Tontonlah banyak-banyak film Tarantino atau Nolan misalnya. Dialoglah yang membuat film mereka tampak berkelas. Selain sisi teknis dan logika cerita tentu saja.
Tiada film Tarantino tanpa adegan kaki hahaha. Kali ini, untuk yang satu ini tidak terlalu spesial. Biasa aja. Seperti hanya fan-service. Pulp Fiction masih the Best, deh!
Film ini bercerita tentang seorang aktor berbakat Rick Dalton (Leonardo DiCaprio) yang mulai kehilangan pamornya. Di era 50-an, ia merupakan aktor yang terkenal lewat serial Bounty Law. Ia ditemani oleh asistennya yang temperamen, Cliff Booth yang merupakan mantan stunt-man. Ia kemudian kembali mencari ketenaran lewat pilot serial Lancer. Sedangkan Sharon Tate (Margot Robbie) menghabiskan waktunya dengan pergi ke bioskop untuk menonton filmnya, the Wrecking Crew. Film mengalir dan mengalir hingga sampailah pada akhir cerita yang ngetwist abis.
Film ini tampaknya akan bersaing dengan film-film seperti Rocketman, Joker, dan Avengers Endgame dalam kategori utama Best Picture Oscar. (Sorry readers, it's my fault!)
Note: untuk mendapatkan pengalaman maksimal, bacalah artikel tentang kasus Sharon Tate. Untuk sekadar informasi, Rick dan Cliff adalah karakter fiksi.
Referensi: merinding.com, kumparan.com







Comments
Post a Comment