Second Arab Siege of Constantinople, Perang Dahsyat di Tengah Konflik Perebutan Takhta Byzantium
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Bagi yang mengikuti serial tv Game of Thrones atau membaca bukunya pasti tahu salah satu adegan pertempuran yang terjadi di season 2 dan buku ke-2 A Clash of Kings. Battle of Blackwater, begitulah pertempuran tersebut dinamakan. Dalam pertempuran itu, Stannis Baratheon mencoba merebut ibukota dari Joffrey Baratheon. Pihak kerajaan pun tidak tinggal diam, Tyrion Lannister sang Tangan Kanan Raja kemudian berhasil mencari akal dan mengusir para penyerang menggunakan senjata berbahaya, Wildfire.
Meskipun fiksi, kejadian tersebut bukan tidak pernah terjadi di dunia nyata. Kejadian itu terinspirasi dari kejadian nyata, Second Arab Siege of Constantinople. Pertempuran dimana pasukan Dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Maslama bin Abdul Malik menyerang Konstantinopel yang berada di bawah kendali Kaisar Leo III dari Byzantium. Pada saat itu, pasukan Byzantium berhasil mengusir lawannya menggunakan senjata Greek Fire. Hal inilah yang menjadi inspirasi George R.R Martin ketika menulis tentang Blackwater dan Wildfire.
PERANG TERDAHSYAT BYZANTIUM DAN UMAT ISLAM
Setelah kegagalan First Arab Siege of Constantinople, Dinasti Umayyah dan Byzantium pun sedang dalam keadaan damai. Konflik internal Umayyah termasuk Fitnah Kedua juga membuat mereka menunda invasi ke Konstantinopel. Setelah Umayyah memenangkan konflik tersebut, Kaisar Justinian II kemudian memulai kembali permusuhan. Pasukan Islam berhasil menguasai Armenia dan beberapa Kepangeranan Kaukasia.
Tahun demi tahun, Dinasti Umayyah semakin gencar menyerang wilayah Byzantium dan merebut satu-persatu benteng pertahanan mereka. Sejak tahun 712, Byzantium semakin melemah dan pasukan Umayyah semakin menekan himgga ke Asia Kecil. Konflik dalam negeri Byzantium juga turut membantu Umayyah. Konflik ini sampai membuat Byzantium berganti kaisar tujuh kali dalam waktu singkat.
Para sejarawan sepakat bahwa ini adalah konflik terbesar antara Byzantium dan Negara Islam, sebelum Sultan Muhammad al-Fatih dari Ottoman kemudian merebut Konstantinopel dan memastikan kehancuran Byzantium.
Dinasti Umayyah kembali mengumpulkan kekuatan pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Setelah kematiannya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pun melanjutkan rencana. Sulaiman semakin bersemangat setelah mendengar nubuwat tentang seseorang yang menyandang nama Nabi akan menaklukkan Konstantinopel.
Pasukan Umayyah berkumpul di daerah sebelah utara Aleppo. Dikarenakan Khalifah Sulaiman sedang sakit maka kepemimpinan pasukan pun diserahkan pada saudaranya, Maslama bin Abdul Malik. Persiapan Umayyah yang benar-benar serius ternyata membuat Kaisar Anastasios II kecut. Ia kemudian mengirimkan diplomat untuk menawarkan perjanjian damai. Tetapi, sebenarnya rencana sang kaisar adalah untuk memata-matai kekuatan lawan.
Anastasios kemudian mempersiapkan pertahanan terbaiknya. Ia mulai memlerkuat dinding-dinding Konstantinopel, membangun ketapel raksasa, dan juga menyiapkan perbekalan makanan. Ia juga membangun kapal-kapal perang baru dengan mendatangkan kayu-kayu dari penjuru negeri.
Di tengah persiapan, datang pula pemberontakan yang dipimpin oleh Theodisius II. Anastasios kemudian mendatangi pemberontak tetapi mereka sudah kabur dan kemudian berhasil menguasai Konstantinopel. Anastasios kemudian turun takhta dan menjadi seorang rahib.
Theodisius sebenarnya hanyalah kaisar boneka. Hal ini kembali menimbulkan gejolak, terutama dari dua jenderal yang sangat kuat, Leo the Isaurian dan Artabasdos. Sedangkan pasukan garis depan Umayyah dipimpin oleh Sulayman bin Muad mulai memantau keadaan. Sedangkan armada yang dipimpin oleh Unar bin Hubayrra juga mulai bergerak. Sang komandan utama, Maslama bin Abdul Malik masih menunggu laporan di Syria.
AGENDA RAHASIA LEO THE ISAURIAN
Maslama kemudian membuat perjanjian dengan Leo. Perjanjian tersebut berisi tentang Leo yang bersedia menjadi bawahan Khalifah. Tetapi, Leo sebenarnya hanya menggunakan pasukan Umayyah sebagai alat untuk meraih agendanya yang sebenarnya, menjadi kaisar.
Setelah berhasil merebut Amorium, Leo pun menyatakan diri jadi kaisar. Ia didukung oleh Artabasdos. Maslama kemudian berhasil merebut beberapa wilayah, termasuk Akroinon. Musim dingin tiba dan Maslama kemudian berdiam di Cicilia. Sedangkan pasukan Leo mulai menuju ke Konstantinopel. Di Nocomedia, dia berhasil menahan putra Theodisius. Pada 25 Maret 717, Theodisios turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada Leo.
PENGEPUNGAN KONSTANTINOPEL
Meskipun banyak versi soal jumlah pasukan, para sejarawan sepakat kalau jumlah pasukan Umayyah lebih banyak dibandingkan Byzantium. Pasukan darat dan laut Umayyah kemudian mengepung Konstantinopel dan mengisolasi kota tersebut.
Armada pimpinan Sulayman kemudian datang dan mengepung dari seluruh arah. Tetapi, kemudian Byzantium melawan mereka dengan Greek Fire. Pasukan Umayyah hampir habis terbakar dan hanya sedikit sisanya yang berhasil kabur. Armada pun kabur ke dermaga yang lumayan aman di Sosthenion.
Dengan musim dingin yang datang, pasukan Umayyah perlahan kehabisan bahan makanan. Kedua kubu pun benegoisasi dan lagi-lagi pasukan Umayyah dikecoh oleh Leo. Pasukan Umayyah kemudian terpaksa memakan kuda mereka, unta mereka, bahkan beberapa mengklaim kalau mereka memakan teman sendiri yang mati membeku. Mereka menjadi kanibal. Sejarawan, Paul the Deacon menyebutkan kalau jumlah yang gugur mencapai 30.000 orang.
Ketika musim semi tiba, bantuan kemudian dayang dari Khalifah baru, Umar bin Abdul Aziz. Pasuakan bantuan ini membawa bekal makanan dan persenjataan. Kemudian, awak kapal yang beragama Kristen asal Mesir berpindah haluan membela Byzantium. Mendengar ini, Leo pun memborbardir armada Umayyah menggunakan Greek Fire. Armada Umayyah luluh lantak. Pasukan Umayyah juga kalah di darat setelah diserang secara tiba-tiba oleh pasukan pimpinan Madrasan. Kekalahan ini pun menandai berakhirnya pengepungan Konstantinopel.
Kekalahan ini membuat Dinasti Umayyah semakin tidak stabil dan hampir bangkrut. Kekalahan ini perlahan melemahkan Umayyah hingga akhirnya hancur tidak sampai setengah abad setelah pertempuran ini.
Referensi: wikipedia, techtimes.com, historytoday
![]() |
| What a War! |
Bagi yang mengikuti serial tv Game of Thrones atau membaca bukunya pasti tahu salah satu adegan pertempuran yang terjadi di season 2 dan buku ke-2 A Clash of Kings. Battle of Blackwater, begitulah pertempuran tersebut dinamakan. Dalam pertempuran itu, Stannis Baratheon mencoba merebut ibukota dari Joffrey Baratheon. Pihak kerajaan pun tidak tinggal diam, Tyrion Lannister sang Tangan Kanan Raja kemudian berhasil mencari akal dan mengusir para penyerang menggunakan senjata berbahaya, Wildfire.
Meskipun fiksi, kejadian tersebut bukan tidak pernah terjadi di dunia nyata. Kejadian itu terinspirasi dari kejadian nyata, Second Arab Siege of Constantinople. Pertempuran dimana pasukan Dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Maslama bin Abdul Malik menyerang Konstantinopel yang berada di bawah kendali Kaisar Leo III dari Byzantium. Pada saat itu, pasukan Byzantium berhasil mengusir lawannya menggunakan senjata Greek Fire. Hal inilah yang menjadi inspirasi George R.R Martin ketika menulis tentang Blackwater dan Wildfire.
PERANG TERDAHSYAT BYZANTIUM DAN UMAT ISLAM
Setelah kegagalan First Arab Siege of Constantinople, Dinasti Umayyah dan Byzantium pun sedang dalam keadaan damai. Konflik internal Umayyah termasuk Fitnah Kedua juga membuat mereka menunda invasi ke Konstantinopel. Setelah Umayyah memenangkan konflik tersebut, Kaisar Justinian II kemudian memulai kembali permusuhan. Pasukan Islam berhasil menguasai Armenia dan beberapa Kepangeranan Kaukasia.
Tahun demi tahun, Dinasti Umayyah semakin gencar menyerang wilayah Byzantium dan merebut satu-persatu benteng pertahanan mereka. Sejak tahun 712, Byzantium semakin melemah dan pasukan Umayyah semakin menekan himgga ke Asia Kecil. Konflik dalam negeri Byzantium juga turut membantu Umayyah. Konflik ini sampai membuat Byzantium berganti kaisar tujuh kali dalam waktu singkat.
Para sejarawan sepakat bahwa ini adalah konflik terbesar antara Byzantium dan Negara Islam, sebelum Sultan Muhammad al-Fatih dari Ottoman kemudian merebut Konstantinopel dan memastikan kehancuran Byzantium.
Dinasti Umayyah kembali mengumpulkan kekuatan pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Setelah kematiannya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pun melanjutkan rencana. Sulaiman semakin bersemangat setelah mendengar nubuwat tentang seseorang yang menyandang nama Nabi akan menaklukkan Konstantinopel.
Pasukan Umayyah berkumpul di daerah sebelah utara Aleppo. Dikarenakan Khalifah Sulaiman sedang sakit maka kepemimpinan pasukan pun diserahkan pada saudaranya, Maslama bin Abdul Malik. Persiapan Umayyah yang benar-benar serius ternyata membuat Kaisar Anastasios II kecut. Ia kemudian mengirimkan diplomat untuk menawarkan perjanjian damai. Tetapi, sebenarnya rencana sang kaisar adalah untuk memata-matai kekuatan lawan.
Anastasios kemudian mempersiapkan pertahanan terbaiknya. Ia mulai memlerkuat dinding-dinding Konstantinopel, membangun ketapel raksasa, dan juga menyiapkan perbekalan makanan. Ia juga membangun kapal-kapal perang baru dengan mendatangkan kayu-kayu dari penjuru negeri.
Di tengah persiapan, datang pula pemberontakan yang dipimpin oleh Theodisius II. Anastasios kemudian mendatangi pemberontak tetapi mereka sudah kabur dan kemudian berhasil menguasai Konstantinopel. Anastasios kemudian turun takhta dan menjadi seorang rahib.
Theodisius sebenarnya hanyalah kaisar boneka. Hal ini kembali menimbulkan gejolak, terutama dari dua jenderal yang sangat kuat, Leo the Isaurian dan Artabasdos. Sedangkan pasukan garis depan Umayyah dipimpin oleh Sulayman bin Muad mulai memantau keadaan. Sedangkan armada yang dipimpin oleh Unar bin Hubayrra juga mulai bergerak. Sang komandan utama, Maslama bin Abdul Malik masih menunggu laporan di Syria.
AGENDA RAHASIA LEO THE ISAURIAN
![]() |
| The Tricky General |
Setelah berhasil merebut Amorium, Leo pun menyatakan diri jadi kaisar. Ia didukung oleh Artabasdos. Maslama kemudian berhasil merebut beberapa wilayah, termasuk Akroinon. Musim dingin tiba dan Maslama kemudian berdiam di Cicilia. Sedangkan pasukan Leo mulai menuju ke Konstantinopel. Di Nocomedia, dia berhasil menahan putra Theodisius. Pada 25 Maret 717, Theodisios turun takhta dan menyerahkan kekuasaan kepada Leo.
PENGEPUNGAN KONSTANTINOPEL
![]() |
| Warrrrrrr |
Meskipun banyak versi soal jumlah pasukan, para sejarawan sepakat kalau jumlah pasukan Umayyah lebih banyak dibandingkan Byzantium. Pasukan darat dan laut Umayyah kemudian mengepung Konstantinopel dan mengisolasi kota tersebut.
Armada pimpinan Sulayman kemudian datang dan mengepung dari seluruh arah. Tetapi, kemudian Byzantium melawan mereka dengan Greek Fire. Pasukan Umayyah hampir habis terbakar dan hanya sedikit sisanya yang berhasil kabur. Armada pun kabur ke dermaga yang lumayan aman di Sosthenion.
Dengan musim dingin yang datang, pasukan Umayyah perlahan kehabisan bahan makanan. Kedua kubu pun benegoisasi dan lagi-lagi pasukan Umayyah dikecoh oleh Leo. Pasukan Umayyah kemudian terpaksa memakan kuda mereka, unta mereka, bahkan beberapa mengklaim kalau mereka memakan teman sendiri yang mati membeku. Mereka menjadi kanibal. Sejarawan, Paul the Deacon menyebutkan kalau jumlah yang gugur mencapai 30.000 orang.
![]() |
| Versi Fiksinya, Battle of the Blackwater!!! |
Ketika musim semi tiba, bantuan kemudian dayang dari Khalifah baru, Umar bin Abdul Aziz. Pasuakan bantuan ini membawa bekal makanan dan persenjataan. Kemudian, awak kapal yang beragama Kristen asal Mesir berpindah haluan membela Byzantium. Mendengar ini, Leo pun memborbardir armada Umayyah menggunakan Greek Fire. Armada Umayyah luluh lantak. Pasukan Umayyah juga kalah di darat setelah diserang secara tiba-tiba oleh pasukan pimpinan Madrasan. Kekalahan ini pun menandai berakhirnya pengepungan Konstantinopel.
Kekalahan ini membuat Dinasti Umayyah semakin tidak stabil dan hampir bangkrut. Kekalahan ini perlahan melemahkan Umayyah hingga akhirnya hancur tidak sampai setengah abad setelah pertempuran ini.
Referensi: wikipedia, techtimes.com, historytoday






Comments
Post a Comment