Sepakbola, Olahraga yang Dekat dengan Peradaban Manusia
oleh : Syafril Agung Oloan Siregar
Hampir semua orang mengetahui sepakbola. Perbincangan tentang olahraga paling populer di dunia ini seolah tak pernah habis dibicarakan. Mulai dari di warung kopi, di sekolah-sekolah hingga di dunia maya. Perdebatan mulai dari yang paling rasional dengan fakta-fakta yang tersusun rapi hingga ucapan kosong beriringan silih berganti menjadi bahan pembicaraan. Sepakbola, lebih dari sekadar olahraga. Sepakbola adalah penghidupan bagi banyak orang. Sepakbola adalah alat propaganda. Sepakbola adalah alat pencitraan politik.
Pada masa perjuangan
kemerdekaan, Soeratin dan rekan-rekannya mendirikan PSSI untuk melawan penjajah.
Sepakbola bukan sekadar olahraga yang memeras keringat. Tetapi juga sebagai
alat pergerakan. Melalui sepakbola lah mereka mebentuk persatuan. Bapak bangsa
Indonesia, Tan Malaka bahkan menganggap kalau sepakbola adalah bagian dari jati
diri bangsa.
![]() |
| Solidaritas Glasgow Celtic untuk Palestina |
Hampir semua orang mengetahui sepakbola. Perbincangan tentang olahraga paling populer di dunia ini seolah tak pernah habis dibicarakan. Mulai dari di warung kopi, di sekolah-sekolah hingga di dunia maya. Perdebatan mulai dari yang paling rasional dengan fakta-fakta yang tersusun rapi hingga ucapan kosong beriringan silih berganti menjadi bahan pembicaraan. Sepakbola, lebih dari sekadar olahraga. Sepakbola adalah penghidupan bagi banyak orang. Sepakbola adalah alat propaganda. Sepakbola adalah alat pencitraan politik.
Lihat
bagaimana para politikus sering berjanji akan membangun fasilitas sepakbola
yang memadai bagi masyarakatnya apabila ia terpilih. Lihat bagaimana mereka
tersenyum di stadion-stadion memamerkan seolah mereka paham dan peduli dengan
masa depan olahraga tercinta ini. Padahal, FIFA sudah melarang mengaitkan
sepakbola dengan politik.
Politik yang dianggap menjemukan itu pada
dasarnya adalah cara kita untuk mendapatkan apa yang kita mau. Setidaknya Sesuai
dengan teori politik Aristoteles, Politik adalah usaha yang ditempuh untuk
mewujudkan kebaikan bersama. Politik itu sekilas memang tampak sangat jauh
dengan sepakbola yang nampaknya penuh dengan kesenangan. Tetapi, coba lihat
apakah sepakbola memang hanya penuh dengan kesenangan?
Sepakbola tidak
sesederhana sebuah pertandingan yang digelar demi meraih sebuah trofi dan
menghibur penonton. Sepakbola jauh lebih kompleks dari itu. Seperti disebutkan
di atas, sepakbola bisa menjadi alat propaganda. Jika memperhatikan sejarah,
Benito Mussolini sang dictator Italia yang terkenal itu pernah menjadikan
sepakbola alat untuk mempropaganda paham fasisnya. Hal ini dapat terlihat di
Piala Dunia 1934 dimana Italia adalah tuan rumah. Saat itu, sang pemimpin
mengancam para pemain Italia dengan ancaman mati. Hasilnya Italia berhasil
keluar menjadi juara usai mengalahkan Cekoslowakia di final.
![]() |
| Bapak Sepakbola Indonesia |
Bicara soal sepakbola
dan politik. Kita semua pasti masih ingat betul beberapa tahun yang lalu saat
Persib Bandung dihukum oleh komisi disiplin akibat mereka membuat koreo ‘Save
Rohingya’ di sebuah pertandingan. Amarah Bobotoh menggemparkan dunia nyata dan
maya. Aksi mereka selanjutnya benar-benar membalaskan semuanya. Mereka mengumpulkan
uang untuk membayar denda itu.
Pernah juga di satu
pertandingan Liga Champions, fans Glasgow Celtic dihukum karena membentangkan
bendera Palestina.. UEFA pun menjatuhkan hukuman bagi Celtic karena melanggar
peraturan yang menyebutkan menjauhkan sepakbola dan politik sejauh-jauhnya.
Ada lagi sebuah kisah
pada saat kualifikasi Piala Dunia antara Malaysia dan Korea Utara. Pada saat
itu, pertandingan kedua negara harus ditunda beberapa kali karena kedua negara
sedang panas setelah pembunuhan Kim Jong-Nam di Kuala Lumpur. Hubungannya dengan
sepakbola apa ya? Bukannya FIFA sudah menjauhkan sepakbola dengan politik. Ini berarti
hubungan kedua negara masih bisa mempengaruhi sebuah pertandingan sepakkbola.
Saya ambil lagi contoh
hubungan sepabola antara negara tercinta dengan negara jiran kesayangan kita
yang selalu panas. Hubungan kedua negara yang hampir kembar ini selalu panas
baik di bidang politik, sosial, budaya, hingga olahraga. Dasar dari hubungan
ini berakar pada masa-masa awal dimana Indonesia tidak menghormati kemerdekaan
Malaysia yang merupakan hadiah dari Britania Raya. Hubungan politik yang panas
ini lama-lama menjalar kepada bidang olahraga terutama sepakbola yang paling populer.
Lihat bagaimana panasnya
pertandingan Argentina dengan Inggris. Hal ini akibat sebuah masalah politik
antara kedua negara soal kepemilikan pulau. Politik sangat dekat dengan
sepakbola dan kita tidak bisa menafikannya. Tetapi, apakah ekspresi politik itu
harus dilarang disepakbola?
. Gerard Pique, Pemain
bertahan Barcelona, sempat mempertanyakan mengapa ekspresi politik seorang
pesepakbola harus ditekan. “Kami adalah pesepakbola. Tetapi, kami juga adalah
orang biasa. Mengapa seorang jurnalis atau seorang mekanik boleh
mengekspresikan diri mereka sedangkan kami tidak?” Ujarnya.
Kita adalah manusia
biasa. Yang butuh mengekspresikan pendapat kita di medium apapun. Sepakbola adalah
olahraga yang ekspresif. Sama seperti politik yang ekspresif. Pesepakbola bukanlah
mesin penghasil uang. Mereka juga butuh ruang untuk berekspresi. Jika seorang
politikus menjadikan sepakbola menjadi alat kampanyenya, menagapa kita
dilarang?
Sumber: panditfootbal.com, medium.com,



Comments
Post a Comment