Spotlight, Film Tentang Skandal Gereja yang Ditutupi oleh Banyak Pihak
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Bagaimana jika apa yang kita yakini selama ini tidak sebersih apa yang terlihat dan yang seharusnya. Bagaimana jika di dunia kita masih banyak keadilan yang tidak ditegakkan. Begitulah pesan yang tersirat dari film besutan Tom McCarthy ini.
Film pemenang Best Picture Academy Awards 2016 ini berhasil mengangkat isu yang pada awal 2000-an panas di Amerika Serikat dan dunia. Tim investigasi Boston Globe, Spotlight berhasil mengungkap skandal puluhan tahun yang ditutupi oleh gereja katolik di Boston. Skandal ini menyeret puluhan pastur dan bahkan kardinal.
Tim Spotlight terdiri dari Michael Razendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer ( Rachel McAdams), dan Matt Carrol (Brian d'Arcy James). Tim ini dipimpin oleh Walter Robinson ( Michael Keaton) dan Ben Bradlee Jr. (John Slattery). Mereka kemudian ditugaskan oleh editor baru Marty Baron (Liev Schreiber) untuk mengungkap skandal pelecehan anak di bawah umur oleh pastur di Boston. Mereka harus mencari data-data untuk mengungkap keterlibatan kardinal dalan masalah tersebut.
Menurut saya, film ini adalah film bertema jurnalistik terbaik. Selain isu yang diambil adalah isu sensitif, metode penyelesaian masalahnya juga sangat mirip dengan dunia jurnalistik sungguhan. Usaha-usaha para jurnalis dalam mengumpulkan data, konflik mereka dengan banyak otoritas benar-benar hampir sempurna. Setidaknya begitulah kerja keras seorang jurnalis untuk dapat mencari berita yang kredibel.
Secara cerita, film ini hampir mendekati sempurna. Meskipun topiknya berat, cara penceritaan yang pelan dan mengalir benar-benar membuat penonton mengerti dengan cerita. Dialog-dialog dalam film ini adalah hal yang paling penting. Tiap dialog penting dan berarti. Sesantai apapun dialog tersebut diucapkan.
Film ini juga benar-benar menjelaskan bahwa di sistem dunia kita ini, bisa jadi satu-satunya yang masih peduli dengan keadilan adalah jurnalis. Tentu saja, jurnalis yang jauh dari pengaruh politik. Jika jurnalis sudah terpengaruh kepentingan politik, maka kita sudah mendekati kehancuran.
Film ini juga menjelaskan proses pencarian data oleh para jurnalis. Hal ini dapat dilihat dari kerja Razendes dan Pfeiffer yang berusaha mati-matian memgungkap kasus ini. Bagaimana Razendes harus menghadapi pengacara yang menyebalkan dan bagaimana Pfeiffer harus mendatangi korban satu persatu.
Aktor yang memainkan perannya juga berhasil mendalami perannya dengan baik. Mark Rufffalo misalnya benar-benar belajar langsung kepada Razendes yang asli. Begitu juga dengan Mike Keaton belajar lanhsung dari Robinson yang asli. Benar-benar totalitas dalam bekerja. Wajar, mereka masing-masing mendapat nominasi di Academy Awards dan berbagai penghargaan lain.
Reaksi terhadap film ini cenderung positif dari komunitas katolik. Pihak gereja juga menganggap film ini senagai pengingat akan dosa masa lalu. Kritikan justru datang dari James Dunn, salah satu tokoh yang digambarkan di film. Ia merasa kurang digambarkan akurat. Tetapi, hal ini dibantah oleh Walter Robinson dan Pfeiffer yang beranggapan itu adalah penggambaran terbaik mereka.
Di sisi rating sendiri, film ini mendapatkan rating yang bagus. Di IMDB film ini mendaoat rating 8.1/10. Di Rotten Tomatoes mendapat 97% dan di Metacritic 93%.
Referensi: Wikipedia, Bolton Globes
Judul Film
|
: Spotlight
|
Sutradara
|
: Tom McCarthy
|
Penulis Skenario
|
: Tom McCarthy dan Josh Singer
|
Pemain
|
: Mark Ruffalo, Rachel McAdams,
Michael Keaton, Liev Schreiber, John Slattery, Brian d’Arcy James, Jr.
|
Genre
|
: Biografi, drama
|
Durasi
|
: 129 Menit
|
Rilis
|
: 2015
|
Bagaimana jika apa yang kita yakini selama ini tidak sebersih apa yang terlihat dan yang seharusnya. Bagaimana jika di dunia kita masih banyak keadilan yang tidak ditegakkan. Begitulah pesan yang tersirat dari film besutan Tom McCarthy ini.
Film pemenang Best Picture Academy Awards 2016 ini berhasil mengangkat isu yang pada awal 2000-an panas di Amerika Serikat dan dunia. Tim investigasi Boston Globe, Spotlight berhasil mengungkap skandal puluhan tahun yang ditutupi oleh gereja katolik di Boston. Skandal ini menyeret puluhan pastur dan bahkan kardinal.
![]() |
| the Original vs the Portayal |
Tim Spotlight terdiri dari Michael Razendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer ( Rachel McAdams), dan Matt Carrol (Brian d'Arcy James). Tim ini dipimpin oleh Walter Robinson ( Michael Keaton) dan Ben Bradlee Jr. (John Slattery). Mereka kemudian ditugaskan oleh editor baru Marty Baron (Liev Schreiber) untuk mengungkap skandal pelecehan anak di bawah umur oleh pastur di Boston. Mereka harus mencari data-data untuk mengungkap keterlibatan kardinal dalan masalah tersebut.
Menurut saya, film ini adalah film bertema jurnalistik terbaik. Selain isu yang diambil adalah isu sensitif, metode penyelesaian masalahnya juga sangat mirip dengan dunia jurnalistik sungguhan. Usaha-usaha para jurnalis dalam mengumpulkan data, konflik mereka dengan banyak otoritas benar-benar hampir sempurna. Setidaknya begitulah kerja keras seorang jurnalis untuk dapat mencari berita yang kredibel.
![]() |
| Diskusi Panas |
Secara cerita, film ini hampir mendekati sempurna. Meskipun topiknya berat, cara penceritaan yang pelan dan mengalir benar-benar membuat penonton mengerti dengan cerita. Dialog-dialog dalam film ini adalah hal yang paling penting. Tiap dialog penting dan berarti. Sesantai apapun dialog tersebut diucapkan.
Film ini juga benar-benar menjelaskan bahwa di sistem dunia kita ini, bisa jadi satu-satunya yang masih peduli dengan keadilan adalah jurnalis. Tentu saja, jurnalis yang jauh dari pengaruh politik. Jika jurnalis sudah terpengaruh kepentingan politik, maka kita sudah mendekati kehancuran.
![]() |
| Razendes My Men! |
Film ini juga menjelaskan proses pencarian data oleh para jurnalis. Hal ini dapat dilihat dari kerja Razendes dan Pfeiffer yang berusaha mati-matian memgungkap kasus ini. Bagaimana Razendes harus menghadapi pengacara yang menyebalkan dan bagaimana Pfeiffer harus mendatangi korban satu persatu.
Aktor yang memainkan perannya juga berhasil mendalami perannya dengan baik. Mark Rufffalo misalnya benar-benar belajar langsung kepada Razendes yang asli. Begitu juga dengan Mike Keaton belajar lanhsung dari Robinson yang asli. Benar-benar totalitas dalam bekerja. Wajar, mereka masing-masing mendapat nominasi di Academy Awards dan berbagai penghargaan lain.
![]() |
| Duh, Mbak! Kok Kembar ya?? |
Reaksi terhadap film ini cenderung positif dari komunitas katolik. Pihak gereja juga menganggap film ini senagai pengingat akan dosa masa lalu. Kritikan justru datang dari James Dunn, salah satu tokoh yang digambarkan di film. Ia merasa kurang digambarkan akurat. Tetapi, hal ini dibantah oleh Walter Robinson dan Pfeiffer yang beranggapan itu adalah penggambaran terbaik mereka.
Di sisi rating sendiri, film ini mendapatkan rating yang bagus. Di IMDB film ini mendaoat rating 8.1/10. Di Rotten Tomatoes mendapat 97% dan di Metacritic 93%.
Referensi: Wikipedia, Bolton Globes






Comments
Post a Comment