Perempuan Tanah Jahanam, Film Sinting yang Menyintingkan

Oleh : Syafril Agung Oloan Siregar


sumber: istimewa

Judul
: Perempuan Tanah Jahanam
Sutradara
: Joko Anwar
Penulis Skenario
: Joko Anwar
Genre
: Horor, Thriller
Pemain
: Tara Basro, Marissa Anita, Ario Bayu, Chrisine Hakim, Asmara Abigail, Zidni Hakim, Faradina Mufti
Rilis
: Oktober 2019
Durasi
: 106 Menit


Benci kamu juga gak akan ada yang berubah - Ratih

Sinting! Itulah kata-kata yang terpikir olehku usai keluar dari ruangan bioskop. Film ini begitu intens dalam mempermainkan para penontonnya. Selama durasi, film ini tak henti-hentinya mempermainkan level ketegangan. Komposisinya masih memberikan ruang untuk bernapas. Masih ada sedikit komedi di beberapa aspek, tetapi level ketegangannya tak akan ada usainya.

Film ini masih hadir dengan ciri khas Joko Anwar. Membingungkan penonton untuk bertanya-tanya di awal sebelum menggebrak dengan rentetan pengungkapan yang menggemparkan di akhir. Film ini akan menjadi film yang akan dibahas lama. Premis ceritanya sederhana, malah rada ftv tetapi eksekusinya? Wow. Superb!

Perempuan Tanah Jahanam menceritakan tentang Maya (Tara Basro), gadis usia 25 yang hidup dalam kemelaratan. Bersama sahabatnya Dini (Marissa Anita), ia mencoba untuk keluar dari masalah keuangannya. Berbagai cara sudah dilakukan, hasilnya nihil. Masalah nampaknya akan selesai ketika Maya menemukan sedikit titik terang di masa lalunya. Titik terang ini terungkap akibat sebuah peristiwa ketika ia sedang bertugas menjaga pintu jalan tol. Kejadian dimana ia diserang oleh seorang pria yang mengenalinya dengan nama Rahayu.

Peristiwa itu membawa mereka ke desa kelahiran Maya, sebuah desa yang amat terpencil di pedalaman Jawa Tengah. Di desa itulah mereka berharap akan dapat mengambil harta pusaka keluarga Maya berupa sebuah rumah mewah. Tetapi, alih-alih mendapatkan harta berlimpah mereka akhirnya hanya menjemput malapetaka yang akan menimpa mereka.

Poster Versi Internasional

Joko Anwar, namanya saja sudah menjaminkan kualitas papan atas. Joko adalah salah satu sutradara terbaik negeri ini saat ini. Terutama di genre horor, sulit mencari lawan tanding sutradara asal Sumatera Utara ini. Terakhir, Pengabdi Setan sukses membuat mimpi jutaan manusia memburuk dalam beberapa malam.

Tahun ini sendiri Joko sudah merilis satu judul film, Gundala. Bukan film horor, tetapi film bertema superhero. Perempuan Tanah Jahanam pun tampil sebagai film keduanya tahun ini yang ternyata tampil lebih superior dibandingkan Gundala. Jahanam tampil lebih rapi, baik secara cerita maupun secara teknis. Hal ini tidak lain adalah efek dari spesialisasi Joko yang merupakan sutradara genre horor. Apalagi, film ini sudah dipersiapkan sejak 2009.

Perempuan Tanah Jahanam pun tampil gagah. Premis plotnya yang sebenarnya biasa mampu diramu menjadi luar biasa di tangan Joko. Tidak main-main, film ini mampu menjelaskan rentetan sebab-akibat plot filmnya dengan rapi. Meskipun tidak gamblang, adegan-adegannya begitu kuat dalam menyatukan aspek ceritanya.

Karakterisasi tokohnya juga tergolong sangat kuat. Dibantu dengan performa solid terutama dari Tara Basto, Ario Bayu, Asmara Abigail, dan Christine Hakim. Merekalah yang tampil begitu hidup dalam memainkan tempo dan aliran cerita yang begitu memabukkan.

Duo Utama

Aspek yang sangat menonjol dari film ini adalah permainan sinematografinya yang begitu kelam dan suram. Aspek horor film ini tidak didapat dari jumpscare yang berlebihan, malahan film ini minim jumpscare. Aspek horornya didapat dari tone warna yang begitu temaram, ekspresi tokoh yang muram, dan musik yang mencekam.

Berbicara soal musiknya, musiknya mampu membawa kita seperti terseret ke alam lain. Kuartet penata musiknya, Bembi Gusti, Tony Merie, Aghi Narottama, dan Mian Tiara benar-benar paham mau dibawa kemana scoringnya. Tiap adegan semakin mencekam dengan paduan nada-nada minor yang menyayat-nyayat.

Kekurangan film ini adalah kurangnya eksplorasi akan hal-hal mistiknya. Bukan karena buruk, tetapi banyak logika cerita yang bolong karenanya. Jika bisa lebih diperjelas lagi, ceritanya seharusnya akan semakin bagus. Misalnya mengapa harus tiga anak yang dikorbankan atau apa detail perjanjian Nyi Misni (Christine Hakim) dengan iblis.

Joko Anwar Ingin Membawa Horor Indonesia ke Level Yang Lebih Tinggi

Sang Sutradara!

Dalam sebuah forum, Joko Anwar menyebutkan akan membawa film horor Indonesia ke level yang lebih tinggi. "Kita kan mau bikin film Perempuan Tanah Jahanam supaya lebih meningkat lagi dari standarnya film horor Indonesia." Ujarnya dilansir Fimela saat ditemui di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (20/10/2019).

Joko Anwar juga menyebutkan kalau ia sudah ditawari puluhan festival film baik kategori horor maupun kategori umum. Masih di sesi yang sama, Joko juga menjelaskan proses di balik layar dari penggarapan karya terbarunya ini. Mulai dari pengambilan gambar hingga tata cahayanya.

Melihat perkembangan film horor lokal yang berkembang pesat akhir-akhir ini, Joko Anwar pastinya sudah sangat yakin dengan karyanya ini. Semoga benar-benar dapat membawa Indonesia ke level dunia.


Mistisme Wayang Kulit

Ki Dalang

Salah satu aspek cerita yang diangkat oleh Joko Anwar di film ini adalah salah satu budaya Jawa yang terkenal sangat melekat di masyarakat, wayang kulit. Di film ini, Joko menjadikan wayang kulit sebagai media mistis salah satu ritual ilmu hitam. Diceritakan Ki Donowongso (Zidni Hakim) menumbalkan tiga orang anak perempuan usia lima tahun dan menggunakan kulitnya untuk dijadikan wayang kulit.

Ada lagi Ki Saptadi (Ario Bayu) yang membantai pemain gamelan di tengah pertunjukan wayang kulit. Begitupun ketika Nyi Misni yang menghasut warga untuk menjadikan kulit Maya sebagai wayang kulit sebagai syarat tercabutnya kutukan.

Wayang kulit memang mempunyai beberapa sisi mistis. Ada beberapa dalang yang bahkan berkata bahwa sebenarnya wayang kulit tidak digerakkan oleh dalang, melainkan bergerak sendiri. Ditambah kisah-kisah wayang yang memang identik dengan dewa-dewa dan kisah-kisah mistis.

Ide menggunakan wayang sebagai media klenik sebenarnya lumayan unik bagi saya. Biasanya media klenik tidak jauh-jauh dari sekadar penumbalan terhadap demit. Tapi kali ini benar-benar berbeda secara konsep.

Penutup

Film ini adalah film horor yang luar biasa karya Joko Anwar. Memiliki premis yang sederhana dan biasa tetapi dapat diramu dengan bumbu yang luar biasa. Ibarat rendang, meskipun biasa dan dapat dijumpai dimana-mana, tetapi apabila di tangan orang yang tepat akan menjadi makanan yang luar biasa enak. Begitun pula dengan film ini.

Catatan: Apalah film Joko Anwar tanpa kritik sosial. Kali ini, saya menangkap pembicaraan Maya dan Dini tentang semakin besarnya angka pengangguran di negara ini. Well said.

Bapak bikin saya lahir ke dunia, sekarang bapak mau bunuh saya - Maya.

Adios! 

#30DWCDay7
#squad5

Comments