A Game of Thrones, Awal Mula dari Kisah yang Tak Berujung

Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar




“…a mind needs books as a sword needs a whetstone, if it is to keep its edge.” - Tyrion Lannister

Itu adalah salah satu dari ribuan kata-kata bermakna ajaib yang tertera di novel bertajuk A Game of Thrones, novel yang berkisar soal intrik di sekitar takhta besi Westeros yang sebenarnya tidak nyaman. Bagaimana bisa nyaman, takhta tersebut ditempa dari seribu pedang menggunakan api terpanas di dunia. Tetapi begitulah nafsu manusia akan kekuasaan, tak memikirkan kenyamanan, yang penting dapat menggenggam napas orang lain.

A Game of Thrones adalah novel pertama dari serial fantasi A Song of Ice and Fire karya George R.R. Martin. A Game of Thrones pertama kali terbit pada 1996. Pada 1997, novel ini berhasil memenangkan Locus Award di kategori Best Novel dan kategori Best Novella di Hugo Awards untuk Blood of the Dragons yang merupakan kumpulan chapter Daenerys di A Game of Thrones. Meski banjir prestasi, novel ini tetap tidak mampu meyakinkan juri World Fantasy Award dan Nebula Award.

A Game of Thrones memperkenalkan dunia Martin, The Known World yang terdiri atas beberapa benua yaitu: Westeros, Essos, Sothoyros, dan Ulthos. Benua-benua ini pada dasarnya terinpirasi dari dunia nyata. Dengan beragam keunikannya dan kebudayaannya, dunianya Martin mampu menjaring ribuan lebih pembaca setia yang tersebar di seluruh daratan Bumi.

Cerita berpulun A Game of Thrones pada prinsipnya berpusat pada tiga hal: perebutan takhta Tujuh Kerajaan; Restorasi Targaryen; dan mitos kuno the Long Night. Adapun Kisah pertama merekam berbagai kejadian di sekitar Iron Throne, takhta raja yang terletak di King’s Landing, ibukota Seven Kingdoms. Seven Kingdoms adalah wilayah di selatan the Wall yang dahulunya terdiri atas tujuh kerajaan. Tujuh kerajaan ini kemudian disatukan (baca ditaklukan)  oleh Raja Aegon I Targaryen yang dikenal dengan sebutan The Conqueror, Sang Penakluk.

Kisah kedua bercerita tentang sisa-sisa keturunan Targaryen, Raja Viserys III Targaryen dan adiknya Putri Daenerys Targaryen dan usaha mereka merebut takhta kembali. Dinasti Targaryen adalah penguasa Seven Kingdoms hingga mereka digulingkan dari kursi kekuasaan 13 tahun sebelum cerita dimulai. Mereka digulingkan oleh kumpulan pemberontak yang dipimpin oleh Raja Robert I Baratheon, Lord Jon Arryn, Lord Eddard Stark, dan Lord Hoster Tully. Lord Tywin Lannister, bekas tangan kanan Raja Aerys II Targaryen bergabung di detik-detik terakhir dengan menjarah ibukota. Tywin bergabung usai Robert memastikan kemenangan dengan membunuh sang putra mahkota, Pangeran Rhaegar Targaryen di pinggir Sungai Trident. Putra tertua Tywin, Ser Jaime Lannister yang merupakan pasukan pengawal Raja Aerys II Targaryen kemudian membunuh rajanya sendiri. Sejak saat itu, ia dijuluki the Kingslayer, si Pembunuh Raja.

Kisah ketiga adalah tentang the Long Night, sebuah legenda kuno dimana terjadi musim dingin yang sangat panjang diiringi dengan serangan pasukan orang mati yang disebut the Others. Kisah ini  turut diiringi dengan sebuah legenda pahlawan yang disebut Azor Ahai, Pangeran yang Dijanjikan. Ramalan menyebutkan kalau Azor Ahai akan terlahir kembali di antara garam dan asap.

A Game of Thrones adalah pintu gerbang menuju dunianya Martin. Pintu gerbang yang dipenuhi kisah-kisah yang mendebarkan, menggairahkan, memancing rasa penasaran, membangkitkan pengharapan kemudian menghancurkan hati. Seluruh pembaca buku ini akan setuju bila salah satu momen di penghujung buku ini adalah salah satu momen yang takkan bisa dilupakan. Mengejutkan, tak terduga, dan membalikkan angan-angan. Harapan yang sudah dibangun sebelumnya tiba-tiba runtuh begitu saja. Meskipun begitu, Martin mengembalikan harapan itu di akhir buku.

My Love


Salah satu yang membuat A Game of Thrones berbeda dari novel lain adalah ceritanya diceritakan dari berbagai sudut pandang karakter. Misalnya jika berada di chapter Eddard, cerita akan diceritakan dari sudut pandang Eddard Stark. Pembaca akan dapat mengeksplor karakter tersebut beserta seluruh isi hatinya. Ia akan menceritakan kejadian sekarang, masa lampau, dan pendapatnya akan dunia. Termasuk juga rahasianya, jika memungkinkan.

Rata-rata, karakter-karakter Martin di A Game of Thrones adalah karakter 'abu-abu'. Setiap karakter tidak ada yang sempurna dan dapat berbuat sesuatu yang baik dan buruk. Setiap keputusan yang diambil juga akan berpengaruh pada masa depan karakter tersebut. Itulah salah satu kelebihan dari novel ini. Setiap orang punya cara pandangnya sendiri tentang suatu karakter. Pandangan orang-orang terhadap suatu karakter akan tergantung pada tingkat pengalaman dan pendapatnya sendiri.

A Game of Thrones memiliki banyak momen-momen ikonik. Salah satunya adalah momen yang akan dikenang menjadi ikon serial ini, Pemenggalan Eddard Stark. Itu adalah momen paling tidak disangka-sangka oleh para pembaca. Eddard Stark yang dijadikan tokoh sentral harus kehilangan nyawanya di momen dimana penulis lain akan menyelamatkannya. George R.R. Martin sendiri mengatakan kalau ini adalah demi kerealistisan ceritanya.

Karakter-Karakter Kuat di Novelnya

Buku ini dipenuhi dengan banyak karakter-karakter yang bagus dan memukau. Mari membahas beberapa di antaranya. Yang pertama adalah Lord Eddard Stark. Lord Eddard Stark atau Ned adalah gambaran bagaimana seorang tokoh utama di kisah-kisah fiksi digambarkan. Menjunjung tinggi keadilan dan kehormatan, memiliki istri yang cantik, memiliki putra-putri yang baik (kecuali Sansa), dan keluarga yang hangat. Tetapi, ia menyembunyikan banyak kepedihan hidup. Ia mendapatkan semua itu karena ayah dan kakaknya mati. Ia yang tak dibesarkan untuk menjadi seorang pemimpin, kemudian harus mampu menanggungnya saat tanggung jawab besar datang. Sulitnya lagi, ia tidak punya waktu untuk belajar. Semuanya datang mendadak, seperti petir yang menyambar langsung ke tengah kehidupannya.

Waktu berlalu dan ia berhasil melalui kehidupan dengan tenang karena ia selalu mencoba untuk berlaku sesuai aturan. Semuanya dijalankannya berdasarkan aturan-aturan baku, tanpa intrik dan tusuk menusuk. Hingga bala itu datang. Ia kembali dipaksa untuk beradaptasi di kondisi baru.

Namun, kondisi saat ini berbeda. Masalah yang dihadapinya jauh lebih berat. Dan kali ini, bukan hanya nyawanya yang terancam, nyawa keluarganya ikut terancam. Hingga akhirnya berbagai langkah keliru dalam beradaptasi serta kepercayaan yang salah pada seseorang membuatnya harus membayar mahal dengan nyawanya sendiri. Akhir ceritanya pilu.

Her Eyes!

Karakter kedua adalah Putri Daenerys Targaryen, putri bungsu Raja Aerys II Targaryen. Aerys adalah raja yang terkenal dengan sebutan the Mad King, si Raja Gila. Sejak kecil, satu-satunya keluarga yang dikenalnya adalah kakaknya, Viserys. Tetapi, orang ini malah sering melakukan tindakan perundungan padanya, baik secara fisik maupun mental. Hal ini membuat Dany menyayangi sekaligus membenci Viserys.

Meskipun bergelar putri raja, Dany tidak pernah membayangkan bagaimana putri raja itu sebenarnya. Bayangan putri raja yang dilayani oleh puluhan dayang dari ujung kaki hingga ujung kepala dan putri raja yang nantinya akan menikah dengan pangeran atau bangsawan kaya raya tidak pernah ada di benaknya. Kehidupannya melarat. Bagaikan budak, ia dijual oleh saudaranya sendiri demi pasukan.

Berbeda dengan Viserys yang bersikap seperti seorang pecundang, Daenerys menyimpan daya tahan luar biasa, meskipun luarnya tampak seperti gadis lemah. Buktinya, ia mampu bertahan hidup di tengah bangsa barbar seperti Dothraki. Ia bahkan mampu menundukkan pemimpin mereka, suaminya sendiri, Khal Drogo. Di sini ia belajar kalau untuk bisa dihargai, seseorang harus mempunyai kekuatan. Di akhir cerita, ia mendapatkan sumber kekuatan tak berbanding, tiga ekor naga. Makhluk mitologi yang sudah dianggap punah di peradaban umat manusia.

Makhluk mitologi ini sebenarnya tidak lebih mitologis dibanding Daenerys. Daenerys yang digambarkan secara fisik bagaikan bidadari surgawi juga mempunyai darah yang legendaris. Ia mewarisi darah dari sang penakluk, Aegon I Targaryen dan darah Valyria kuno. Ia juga dijuluki Stormborn karena kelahirannya diwarnai dengan gemuruh petir yang menghancurkan armada kerajaannya. Makhluk mitologis untuk mitologis. Terlihat bagus dan cocok.


Karakter selanjutnya adalah Jon Snow, anak haram yang ingin mencari kehidupan yang lebih baik di ujung dunia. Ia membayangkan akan bertemu dengan orang-orang hebat, terhormat, dan luar biasa. Nyatanya, ia bertemu dengan orang-orang rusak. Ia yang dianggap aneh di tempat lamanya ternyata menjadi orang yang paling normal di tempat barunya.

Ia bertemu dengan Lord Commander Jeor Mormont, bekas kepala keluarga bangsawan yang sengaja menepi untuk memberikan jabatan pada putranya tercinta. Tetapi, pengorbanannya berakhir dengan tingkah memalukan putra kesayangan. Ia juga bertemu dengan Maester Aemon, bekas Pangeran Targaryen yang menghindari kehidupan yang penuh dengan tipu daya. Ia menjauh dari keluarganya yang hidup dalam kemewahan. Kemudian ada Donal Noye, bekas pandai besi Storms End yang kehilangan tangannya.

Kemudian, teman-teman barunya juga tidak kalah aneh. Ada Samwell Tarly, pemuda bangsawan yang diusir ayahnya karena terlalu lemah dan tidak menyukai kehidupan pria. Green, pemuda kuat yang masih sangat mentah. Pypar, mantan pelawak yang mempunyai banyak kemampuan unik. Pandangan Jon berubah. Kehidupannya terlalu normal untuk disesali.

Masih banyak karakter lain yang diperkenalkan di buku ini. Ada Tyrion Lannister, kurcaci yang sangat cerdas. Kemudian Arya Stark dan Sansa Stark, saudari yang hidup bagaikan anjing dan kucing, saling iri satu sama lain. Mengungkapkan kebencian tetapi mencintai satu sama lain. Adik mereka Bran, yang harus mengubur mimpinya menjadi ksatria hebat karena suatu insiden yang membuatnya cacat. Kemudian ibu mereka, Lady Catelyn yang harus meninggalkan rumah yang hangat demi melindungi keluarga.

Pada dasarnya Martin bukan hanya membangun cerita tetapi juga membangun semesta. Ia yang merupakan penggemar J.R.R. Tolkien banyak terinspirasi dengan mahakarya Tolkien, Middle Earth Universe. Ia juga terinspirasi dari sejarah masa lampau. War of The Roses yang menginspirasi perseteruan antara Lannister dan Stark; kota-kota abad pertengahan yang mengispirasi kota-kotanya. King’s Landing misalnya, ibukota dari Seven Kingdoms ini merupakan London versi fiksi. Dothraki kawanan nomaden yang hidup bersama Daenerys adalah bentuk fiksi bangsa Mongol, Hun, dan bangsa petarung nomaden lainnya. Begitupun the Wall terispirasi dari Tembok Hadrian dan Tembok Besar Tiongkok.

Penutup

Buku ini adalah novel fantasi yang sangat hebat. Memulai petualangan tokoh-tokoh hebat yang entah kapan akan berakhir. Daenerys, Jon dan tokoh-tokoh lainnya akan terus melakukan hal-hal yang hebat dan mengagumkan. Mereka hidup di dalam imajinasi George RR Martin dan Imajinasi setiap pembaca.

“Is it so far from wisdom to madness?” – Daenerys Targaryen

#30DWCDay20

Comments