Barcelona, Kota Penuh Romansa dan Karya Seni
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Barcelona, archives of courtesy, shelter of the foreigners, hospital of the poor, father-land of the brave , vengeance of the offended and pleasant correspondence of firm friendship, and in site, and in beauty, unique. – Miguel de Cervantes
Barcelona, 4 Agustus 1992. Susi Susanti berdiri di hadapan ribuan penonton yang siap menjadi saksi hidup lahirnya seorang bintang yang akan dikenang oleh sejarah. Para penonton itu mempunyai beragam harapan di dalam benak ketika melangkahkan kakidari rumah. Ada yang mengharapkan perwakilan Korea lah yang menjadi peraih medali emas cabang bulutangkis putri. Tetapi, ribuan lainnya yang sudah siap sedia dengan atribut merah putih pun telah memanjatkan doa agar gadis Tasikmalaya berusia 22 tahun itulah yang naik ke podium tertinggi. Harapan gerombolan merah putih itu hampir terhempas kala jagoan mereka kalah di set pertama. Tetapi, gadis itu adalah pencipta keajaiban lainnya di tanah Barcelona. Ia berhasil memenangkan set kedua dan ketiga untuk memastikan dirinya menjadi pemilik malam itu. Barcelona pun tersihir.
Tujuh tahun kemudian, kali ini bukan Susi yang bertanding, bukan pula perwakilan Indonesia. Yang bertanding kali ini adalah sederetan anak muda Manchester yang tengah melawan segerombolan bintang-bintang terbaik Jerman. Barcelona, 26 Mei 1999. Malam itu gol Mario Basler adalah satu-satunya gol hingga pertandingan sudah mencapai menit-menit krusial. Sihir Barcelona kembali bekerja, orang tua bernama Teddy Sheringham menjebloskan bola ke gawang Oliver Kahn. 1-1. Belum lewat dua menit, anak muda asal Norwegia kemudian memastikan anak asuh Otmar Hitzfield pulang dengan tundukan yang dalam ke Munchen. Tangisan Samuel Kuffour malam itu turut merayakan sihir yang lagi-lagi tercipta di Barcelona.
Barcelona, kota panggung terjadinya berbagai keajaiban. Sulit untuk memisahkan Barcelona dengan keajaiban. Lionel Messi misalnya, sang penyihir lapangan hijau ini tidak bisa dipisahkan bahkan sesenti pun dari Barcelona. Ia adalah salah satu bukti bahwa Barcelona itu adalah tanah ajaib. Bertuah mungkin?
Gemerlap pesta kota
Seolah getar flamenco mengalun jiwa
Kududuk terhanyut nuansa
Di sudut semarak Plaza Catalonia
(Fariz RM - Barcelona)
(Fariz RM - Barcelona)
Itu adalah sepenggal lirik lagu karangan Fariz Rustam Munaf yang berjudul Barcelona. Di dalam lagu yang terkenal di dekade 80-an itu, Fariz mengingat Barcelona sebagai kota yang tak akan bisa dilupakan karena disanalah ia jatuh cinta.
Selain saksi bisu berbagai keajaiban, Barcelona juga sering dikenang sebagai kota yang membuat pengunjungnya jatuh cinta. Tidak mengherankan jika pelbagai seniman memutuskan untuk membuat karyanya terikat dengan kota ini. Bukan hanya Fariz, Freddy Mercury juga sempat membuat lagu berjudul Barcelona yang dirilis pada tahun 1987. Dalam melantunkan lagu ini, vokalis Queen yang terkenal karismatik ini berduet dengan penyanyi soprano lokal Barcelona, Montserrat Caballé.
Lagu yang sempat dimasukkan dalam pengisi musik Olimpiade Barcelona 1992 adalah bukti lain bahwa Barcelona adalah sebuah inspirasi besar bagi para seniman untuk menciptakan mahakarya.
Sebagai bukti sahihnya, suitelife.com, salah satu laman terkenal Spanyol telah membuat daftar 50 lagu yang terinspirasi dari Barcelona. Perusahaan yang dipimpin oleh Benny Kouckley ini juga turut memberi alasan mengapa mereka sampai membuat daftar panjang tersebut. 'Barcelona telah menginspirasi dan masih akan menginspirasi para penyanyi dan musikus' tulis mereka.
Karya seni yang terinspirasi dari pesona Barcelona bukanlah hanya lagu karena Barcelona juga turut menginspirasi seniman lainnya dalam berkarya, termasuk sederetan sineas yang menjadikan Barcelona sebagai inspirasi untuk film mereka. Salah satu yang paling memukau adalah karya sutradara peraih Academy Award asal Meksiko, Alejandro González Iñárritu. Karyanya pada tahun 2010, Biutiful yang memang berlatar di Barcelona diganjar oleh theculturetrip.com sebagai salah satu film yang akan membuat penontonnya jatuh cinta dengan Barcelona. Film yang juga menjadi nominator di ajang Academy Award 2011 kategori Best Foreign Film itu memang memiliki gambar-gambar yang memamerkan keindahan Barcelona.
Selain Biutiful, masih ada film-film lain yang juga terinspirasi dari romansa dan keindahan Barcelona. Mulai dari the Spanish Apartement (2002) karya Cedric Klapisch, Vicky Cristina Barcelona (2008) karya Woody Allen, hingga All About My Mother (1999) yang merupakan karya Pedro Almodóvar. Film-film diatas turut melengkapi daftar Culture Trip tersebut.
Dari sineas tanah air, turut hadir beberapa film yang mengambil Barcelona sebagai inspirasi atau latar cerita. Ada Belok Kanan Barcelona yang disutradari Guntur Soehardjanto dan One Fine Day yang disutradarai Asep Kisnidar.
Dari seni lukis, pelukis terkenal Pablo Picasso adalah salah satu yang mempersembahkan salah satu mahakaryanya untuk Barcelona. Pelukis gaek yang terkenal dengan karya-karya kubisme ini memang tidak pernah menyembunyikan rasa cintanya pada ibukota Katalunya tersebut. Adapun karya yang dipersembahkan khusus untuk Barcelona adalah the Demoiselles d’Avignon yang bercerita tentang prostitusi di Carrer d’Avinyó, Gothic Quarter, Barcelona
Selain Picasso, masih ada Antoni Tapies, Joan Miro, dan berbagai seniman lain yang turut mempersembahkan karyanya buat kota indah yang menjadi letak dari stadion megah Camp Nou ini.
Romansa Barcelona di Kehidupan
Saya memulai tulisan ini dengan dua momen hebat di bidang olahraga yang menurut saya sangat menyenangkan dan sangat membanggakan bagi saya. Kedua momen itu memang terjadi tanpa adanya saya menjadi saksi hidup. Momen pertama yang terjadi tujuh tahun sebelum saya lahir dan momen kedua yang terjadi saat saya baru 56 hari adalah penyebabnya.
Meski tak menjadi saksi hidup, sebagai seorang Indonesia dan penggemar Manchester United, kedua momen itu sudah turut menjadikan Barcelona menjadi salah satu kota istimewa bagi saya. Dua momen yang sudah cukup untuk membuat saya bermimpi suatu saat dapat menginjakkan kaki di kota ini.
Kisah romansa Barcelona itu semakin kuat dengan berbagai alasan lainnya. Mulai dari kisah berdirinya Barcelona yang berkaitan dengan Jenderal karismatik Hannibal Barca, keindahan lanskap kota, hingga sepakbola. Semua itu turut menambah romansa keindahan Barcelona di mata saya.
Jujur, saya bukanlah penggemar klub kebanggaan Barcelona, FC Barcelona. Bukan pula penggemar Lionel Messi yang ikatannya sangat kuat dengan kota yang dipimpin Ada Colau Ballano ini. Meski begitu, saya tidak bisa mengingkari hati kalau menonton Barcelona itu adalah sebuah anugerah. Gaya permainan mereka adalah sebuah mahakarya seni, dengan atau tanpa Josep Guardiola. Més que un club, semboyan mereka yang berarti 'lebih dari sekadar klub' sedikit menjelaskan bahwa FC Barcelona adalah mahakarya. Jika tidak bisa jatuh cinta, setidaknya hargailah mahakarya itu.
Ada banyak alasan untuk jatuh cinta dengan kota ini. Jika buntu, Anda bisa mengeceknya di laman internet. Misalnya pride.com memberikan '9 alasan untuk jatuh cinta pada Barcelona'. Dalam artikel itu, posisi pertama ditempati oleh La Sagrada Familia, katedral indah yang merupakan hasil karya arsitek Antoni Gaudi. Katedral ini bisa dibilang merupakan ikon dari kota Barcelona. Keindahan serta nilai sejarahnya pun sudah membuat UNESCO menetapkan La Sagrada Familia sebagai situs budaya dunia.
Di artikel yang sama, terdapat pula Taman Parc Cuell, La Rambla yang tersohor dan Pantai Sitjes. Dalam artikel lain di seriouslyspain.com, penulisnya mengungkapkan bahwa sejauh apapun ia pergi dari Barcelona, kota itu akan selalu menjadi yang terindah.
Barcelona adalah kota yang indah. Meskipun begitu, ia bukan surga yang nirkejahatan. Sekuat apapun suatu pihak menjaga kemananan suatu kota, tetap saja ada percikan-percikan kriminalitas yang bocor. Di Barcelona, pencopetan merupakan kriminalitas yang paling umum ditemukan. Kepolisian melaporkan bahwa terdapat 5.531 perampokan yang berujung kekerasan dimana angka peningkatannya mencapai 30% pada 2018.
Masalah keamanan juga merupakan hal yang disorot seiring dengan sedang panasnya referendum Katalunya. Bahkan pertandingan sepakbola antara Barcelona dan Real Madrid yang seharusnya diadakan pada 26 Oktober 2019 lalu terpaksa ditunda karena masalah tersebut.
"The first Clasico of the 2019-20 season was due to take place in October 2019, but political unrest in Spain has forced its postponement, causing a severe headache for the country's football administrators."
Arti: "Clasico pertama di musim 2019-20 seharusnya berada di Oktober 2019, tetapi gejolak politik di Spanyol (membuat pertandingan ini) terpaksa ditunda, (dan) menimbulkan rasa pusing bagi pengatur sepakbola negara (Spanyol)," tulis Goal.com (23/10/2019).
Penutup
Barcelona adalah sebuah kota yang indah di sebuah negara yang sedang panas karena konflik politik tak berujung. Dengan atau tanpa kemerdekaan Katalunya, Barcelona akan selalu terkenang di benak saya sebagai kota yang memberi kesan khusus. Suatu saat, saya akan menginjakkan kaki disana. Semoga saja. Adéu!
#30DWCDay19




Comments
Post a Comment