Love for Sale 2, Sekuel yang Lebih Personal dari Pendahulunya
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
Apakah kamu akan tetap sayang ibuku kalau kontrakmu habis? - Ican
Orang tua, terutama ibu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi semua orang. Terkadang, banyak orang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia sudah cukup membahagiakan orang tua tercinta. Membahagiakan orang tua adalah sebuah tantangan yang sulit, karena kadangkala cara bahagia mereka itu tidak sejalan dengan apa yang diyakini dan sukai.
Itu jugalah yang menjadi masalah Indra Tauhid/Ican (Adipati Dolken). Lelaki 32 tahun yang menghadapi berbagai tuntutan dari ibunya, Ros (Ratna Riantiarno). Tuntutan yang paling sering diungkapkan ibunya adalah agar ia segera menikah. Tuntutan itu makin menggebu karena ketidakpuasan sang ibunda atas pernikahan anak sulungnya, Anannda Tauhid/Ndoy (Ariyo Wahab) dengan Maya (Putri Ayudya) dan putra bungsunya, Yunuz/Buncun (Bastian Steel) dengan Endah (Taskya Namya). Harapan terakhirnya tinggalah putra keduanya, Ican.
Pada awalnya, Ican tidak terlalu mendengarkan nasihat ibunya dan tetap saja bermain-main padahal adiknya sendiri sudah melangkahinya ke jenjang pernikahan. Hingga suatu hari, salah satu tetangga mereka meninggal mendadak. Di momen inilah ibunya sekali lagi menasihati Ican, bahkan meratap agar anaknya menikah sebelum ia meninggal. Keadaan ini kemudian memaksa Ican untuk mencari jalan pintas.
Jalan pintas yang digunakan Ican dengan menyewa jasa sebuah aplikasi kencan online yang ia temukan iklannya di suatu halte. Hal itulah yang mempertemukannya dengan Arini Chaniago (Della Dartyan). Dalam sekejap, Arini mampu memenangkan hati ibunya dengan sikapnya yang manis dan perhatian. Ican pun terlhat sudah nyaman dengan 'kekasih' barunya itu. Hingga petir menyambar di kehidupan Ican sekali lagi.
Manis bercampur haru dan pahit, itulah kesan saya setelah menonton Love for Sale 2 karya Andibachtiar Yusuf ini. Film ini mampu menyajikan cerita yang sangat relevan dengan kehidupan. Siapa sih orang yang tidak ingin membahagiakan orang tua? Premis membahagiakan orang tua berhasil diramu Andibachtiar dengan plot yang rapi dan melalui urutan sebab akibat yang realistis dan padu.
Selain ceritanya yang memang sangat bagus, jajaran penampilan aktor-aktrisnya juga dapat menghidupkan suasana film ini. Dua pemeran utamanya mampu tampil bersinar. Meski begitu, pemain yang paling bersinar dan menjadi bintang utama adalah Ratna Riantiarno yang harus diakui mampu membuat penonton merindukan ibunya masing-masing.
Jujur, saya sangat suka sinematografi film ini. Film ini resmi saya nobatkan sebagai pemilik sinematografi film Indonesia terbaik tahun ini. Gambar-gambar karya Ferry Rusli benar-benar matang dan sangat memanjakan mata. Tanpa mencoba untuk berlebihan, kameranya mampu menangkap banyak detail-detail penting dengan rapi dan atraktif.
Selain gambar, film ini juga memiliki jajaran lagu-lagu yang membuat penonton semakin terlarut dalam cerita. Lagu-lagu yang diisi oleh lagu-lagu lama itu terasa sangat indah dan pas ditelinga.
Ican terlahir di keluarga Minang yang sudah lama tinggal di Jakarta. Layaknya kebanyakan anak keturunan lain yang sudah tinggal lama di kota lain jauh dari tanah leluhur, Ican juga lebih pandai logat betawi dibandingkan logat Minang. Lain halnya dengan ibu Ican yang menurut Ican 'Padang Banget'. Meskipun tidak dijelaskan makna Padang banget itu seperti apa, tetapi jika itu merujuk kepada konservatisme budaya, maka benar, ibu Ican memang tampak sangat konservatif.
Sekadar informasi, konservatif itu adalah prinsip sosial politik yang berprinsip untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya. Di dalam ilmu politik, konservatif adalah lawan dari progresif. Konservatif pertama kali disebut oleh François-René de Chateaubriand pada 1818. Saat itu François mencoba untuk mengingatkan semangat Revolusi Perancis pada masa Restorasi Bourbon. Meski sebenarnya di Inggris, konsep konservatif itu sudah berkembang sejak masa Restorasi monarki di abad ke-17.
Lebih jauh lagi, pemahaman konservatif juga dapat dilihat dari upaya pemurnian agama yang sudah ada sejak dulu. Di Islam, ini sudah ada sejak masa sahabat. Begitupun Kristen dimana konservatisme selalu mengambil peran besar dalam perkembangan agamanya.
Konservatisme adalah paham yang banyak dianut orang. Bahkan, akhir-akhir ini popularitasnya semakin melonjak. Dua negara besar dunia, Inggris dan Amerika saat ini sedang dikuasai oleh Partai Konservatif.
Di Love for Sale, konservatisme ibu Ican dapat dilihat dari kesehariannya yang sering membaca al-Quran, melakukan pengajian rutin dengan tetangga, dan betapa ia menjunjung budaya leluhurnya. Konservatisme ibu Ican juga bisa dilihat dari tuntutannya yang sangat banyak kepada Ican. Orang tua konservatif memang sering menuntut banyak hal dari anaknya. Pemahaman 'anak harus berbakti' masih sangat santer di kalangan ini.
Lebih lanjut, sama seperti orang-orang konservatif lain, ibu Ican juga sangat menyanjung pekerjaan berseragam seperti PNS dan merendahkan pekerjaan yang terlihat lebih 'kasual'. Hal ini dapat dilihat dari satu dialog yang memperlihatkan ibunya mempertanyakan Ican yang bekerja menggunakan jeans. Intinya ibuny memang konservatif level akut.
Pemikiran konservatif sebenarnya tidak salah dianut oleh siapapun, sama halnya dengan liberal atau pemikiran apapun. Tetapi ibu Ican dengan pemikiran konservatifnya banyak menyinggung bahkan sampai tahap menyusahkan Ican. Pemikiran konservatif bahwa setiap orang harus menikah bahkan membuat Ican sampai harus menyewa biro jodoh online. Bayarnya nyicil lagi.
Love for Sale 2 merupakan sebuah sekuel, mau tidak mau suka tidak suka hal ini menjadikannya dibanding-bandingkan dengan pendahulunya. Film pertamanya yang sangat bagus itu ternyata sanggup dilewati kualitasnya oleh adiknya. Mulai dari segi naskah, teknis, hingga akting tampil lebih matang dibandingkan Love for Sale pertama.
Dari segi naskah, yang membuat film ini lebih bagus adalah premis ceritanya yang lebih intim dan personal bagi penontonnya. Dibandingkan film pertama yang mengambil tema tekanan kehidupan yang tidak terlalu universal, film keduanya tampil dengan dengan tema keluarga yang lebih umum.
Pada awalnya, film ini direncanakan untuk rilis di awal Desember 2019, berdekatan dengan hari ibu. Tetapi, dikarenakan banyaknya film-film besar yang akan tayang di Desember, akhirnya film ini diputuskan untuk tayang kurang lebih sebulan lebih awal yaitu pada akhir Oktober.
Meskipun sedikit kehilangan momennya, saya berhasil menemukan sisi lain dari pemajuan jadwal rilis film ini. Pemajuan ini menegaskan bahwa hari ibu bukan hanya ada di Desember. Setiap hari adalah hari ibu karena ibu akan selalu hadir kapanpun bagi anaknya. Sesuatu yang seharusnya menjadi Kekurangan berubah menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Pepatah lama memang benar, setiap cobaan pasti ada hikmahnya.
#30DWCDay16
Judul
|
: Love for Sale 2
|
Sutradara
|
: Andibachtiar Yusuf
|
Penulis Skenario
|
: Andibachtiar Yusuf
|
Genre
|
: Drama, Romance
|
Pemain
|
: Adipati Dolken, Della Dartyan, Gading
Marten, Ratna Riantiarno, Egy Fedly, Bastian Steel, Yayu Unru, Ariyo Wahab,
Putri Ayudya, Taskya Namya
|
Rilis
|
: 31 Oktober 2019
|
Durasi
|
: 92 Menit
|
Orang tua, terutama ibu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi semua orang. Terkadang, banyak orang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia sudah cukup membahagiakan orang tua tercinta. Membahagiakan orang tua adalah sebuah tantangan yang sulit, karena kadangkala cara bahagia mereka itu tidak sejalan dengan apa yang diyakini dan sukai.
Itu jugalah yang menjadi masalah Indra Tauhid/Ican (Adipati Dolken). Lelaki 32 tahun yang menghadapi berbagai tuntutan dari ibunya, Ros (Ratna Riantiarno). Tuntutan yang paling sering diungkapkan ibunya adalah agar ia segera menikah. Tuntutan itu makin menggebu karena ketidakpuasan sang ibunda atas pernikahan anak sulungnya, Anannda Tauhid/Ndoy (Ariyo Wahab) dengan Maya (Putri Ayudya) dan putra bungsunya, Yunuz/Buncun (Bastian Steel) dengan Endah (Taskya Namya). Harapan terakhirnya tinggalah putra keduanya, Ican.
Pada awalnya, Ican tidak terlalu mendengarkan nasihat ibunya dan tetap saja bermain-main padahal adiknya sendiri sudah melangkahinya ke jenjang pernikahan. Hingga suatu hari, salah satu tetangga mereka meninggal mendadak. Di momen inilah ibunya sekali lagi menasihati Ican, bahkan meratap agar anaknya menikah sebelum ia meninggal. Keadaan ini kemudian memaksa Ican untuk mencari jalan pintas.
Jalan pintas yang digunakan Ican dengan menyewa jasa sebuah aplikasi kencan online yang ia temukan iklannya di suatu halte. Hal itulah yang mempertemukannya dengan Arini Chaniago (Della Dartyan). Dalam sekejap, Arini mampu memenangkan hati ibunya dengan sikapnya yang manis dan perhatian. Ican pun terlhat sudah nyaman dengan 'kekasih' barunya itu. Hingga petir menyambar di kehidupan Ican sekali lagi.
Manis bercampur haru dan pahit, itulah kesan saya setelah menonton Love for Sale 2 karya Andibachtiar Yusuf ini. Film ini mampu menyajikan cerita yang sangat relevan dengan kehidupan. Siapa sih orang yang tidak ingin membahagiakan orang tua? Premis membahagiakan orang tua berhasil diramu Andibachtiar dengan plot yang rapi dan melalui urutan sebab akibat yang realistis dan padu.
Selain ceritanya yang memang sangat bagus, jajaran penampilan aktor-aktrisnya juga dapat menghidupkan suasana film ini. Dua pemeran utamanya mampu tampil bersinar. Meski begitu, pemain yang paling bersinar dan menjadi bintang utama adalah Ratna Riantiarno yang harus diakui mampu membuat penonton merindukan ibunya masing-masing.
Jujur, saya sangat suka sinematografi film ini. Film ini resmi saya nobatkan sebagai pemilik sinematografi film Indonesia terbaik tahun ini. Gambar-gambar karya Ferry Rusli benar-benar matang dan sangat memanjakan mata. Tanpa mencoba untuk berlebihan, kameranya mampu menangkap banyak detail-detail penting dengan rapi dan atraktif.
Selain gambar, film ini juga memiliki jajaran lagu-lagu yang membuat penonton semakin terlarut dalam cerita. Lagu-lagu yang diisi oleh lagu-lagu lama itu terasa sangat indah dan pas ditelinga.
Orang Tua Konservatif yang Banyak Menuntut
Ican terlahir di keluarga Minang yang sudah lama tinggal di Jakarta. Layaknya kebanyakan anak keturunan lain yang sudah tinggal lama di kota lain jauh dari tanah leluhur, Ican juga lebih pandai logat betawi dibandingkan logat Minang. Lain halnya dengan ibu Ican yang menurut Ican 'Padang Banget'. Meskipun tidak dijelaskan makna Padang banget itu seperti apa, tetapi jika itu merujuk kepada konservatisme budaya, maka benar, ibu Ican memang tampak sangat konservatif.
Sekadar informasi, konservatif itu adalah prinsip sosial politik yang berprinsip untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya. Di dalam ilmu politik, konservatif adalah lawan dari progresif. Konservatif pertama kali disebut oleh François-René de Chateaubriand pada 1818. Saat itu François mencoba untuk mengingatkan semangat Revolusi Perancis pada masa Restorasi Bourbon. Meski sebenarnya di Inggris, konsep konservatif itu sudah berkembang sejak masa Restorasi monarki di abad ke-17.
Lebih jauh lagi, pemahaman konservatif juga dapat dilihat dari upaya pemurnian agama yang sudah ada sejak dulu. Di Islam, ini sudah ada sejak masa sahabat. Begitupun Kristen dimana konservatisme selalu mengambil peran besar dalam perkembangan agamanya.
Konservatisme adalah paham yang banyak dianut orang. Bahkan, akhir-akhir ini popularitasnya semakin melonjak. Dua negara besar dunia, Inggris dan Amerika saat ini sedang dikuasai oleh Partai Konservatif.
Di Love for Sale, konservatisme ibu Ican dapat dilihat dari kesehariannya yang sering membaca al-Quran, melakukan pengajian rutin dengan tetangga, dan betapa ia menjunjung budaya leluhurnya. Konservatisme ibu Ican juga bisa dilihat dari tuntutannya yang sangat banyak kepada Ican. Orang tua konservatif memang sering menuntut banyak hal dari anaknya. Pemahaman 'anak harus berbakti' masih sangat santer di kalangan ini.
Lebih lanjut, sama seperti orang-orang konservatif lain, ibu Ican juga sangat menyanjung pekerjaan berseragam seperti PNS dan merendahkan pekerjaan yang terlihat lebih 'kasual'. Hal ini dapat dilihat dari satu dialog yang memperlihatkan ibunya mempertanyakan Ican yang bekerja menggunakan jeans. Intinya ibuny memang konservatif level akut.
Pemikiran konservatif sebenarnya tidak salah dianut oleh siapapun, sama halnya dengan liberal atau pemikiran apapun. Tetapi ibu Ican dengan pemikiran konservatifnya banyak menyinggung bahkan sampai tahap menyusahkan Ican. Pemikiran konservatif bahwa setiap orang harus menikah bahkan membuat Ican sampai harus menyewa biro jodoh online. Bayarnya nyicil lagi.
Lebih Bagus Dari yang Pertama
Love for Sale 2 merupakan sebuah sekuel, mau tidak mau suka tidak suka hal ini menjadikannya dibanding-bandingkan dengan pendahulunya. Film pertamanya yang sangat bagus itu ternyata sanggup dilewati kualitasnya oleh adiknya. Mulai dari segi naskah, teknis, hingga akting tampil lebih matang dibandingkan Love for Sale pertama.
Dari segi naskah, yang membuat film ini lebih bagus adalah premis ceritanya yang lebih intim dan personal bagi penontonnya. Dibandingkan film pertama yang mengambil tema tekanan kehidupan yang tidak terlalu universal, film keduanya tampil dengan dengan tema keluarga yang lebih umum.
Pada awalnya, film ini direncanakan untuk rilis di awal Desember 2019, berdekatan dengan hari ibu. Tetapi, dikarenakan banyaknya film-film besar yang akan tayang di Desember, akhirnya film ini diputuskan untuk tayang kurang lebih sebulan lebih awal yaitu pada akhir Oktober.
Meskipun sedikit kehilangan momennya, saya berhasil menemukan sisi lain dari pemajuan jadwal rilis film ini. Pemajuan ini menegaskan bahwa hari ibu bukan hanya ada di Desember. Setiap hari adalah hari ibu karena ibu akan selalu hadir kapanpun bagi anaknya. Sesuatu yang seharusnya menjadi Kekurangan berubah menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Pepatah lama memang benar, setiap cobaan pasti ada hikmahnya.
Penutup
Love for Sale adalah film yang hampir sempurna. Mulai dari segi cerita, gambar, musik, pemain, semuanya mampu bahu membahu mempersembahkan salah satu film terbaik tahun ini. Dengan ceritanya yang begitu sederhana film ini mampu menyentuh setiap relung-relung hati penontonnya. Adios.#30DWCDay16




Comments
Post a Comment