Gambaran Kerusakan Negeri di Negeri Para Bedebah

Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar


Tentang Dwilogi Negeri Para Bedebah
Bagian I- Ulasan Buku I


Di negeri para bedebah, segala sesuatu bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan pihak tertentu, mau siapapun itu, apabila sudah berurusan dengan pihak-pihak tertentu maka takkan bisa kabur. Di negeri para bedebah, semuanya sudah rusak, peduli apa dengan moralitas, tak ada guna, moralitas tidak dapat mendatangkan apapun. Moralitas hanya bisa membebani diri.

Di negeri para bedebah itulah tinggal Thomas, seorang konsultan keuangan yang 'pengakuannya' dapat 'membodohi' pengusaha-pengusaha kelas kakap yang dinasihatinya soal masalah keuangan mereka. Thomas, lulusan sekolah bisnis terbaik dunia dan pemilik perusahaan konsultan ekonomi tersukses di Asia. Muda, kaya, dan berwibawa.

Ia sedang berada di pesawat London-Singapura-Jakarta saat seorang wartawan muda datang mengejarnya untuk melakukan wawancara. Di atas langit, dalam wawancara beberapa detik dengan Thomas, wartawan itu, Julia menanyakan banyak tentang pendapat Thomas tentang berbagai permasalahan ekonomi.

Usai melakukan wawancara dan mendarat di Jakarta, Thomas langsung melakukan kegiatan rutinnya, bertarung. Pertarungannya selesai dini hari. Di tengah kelelahan inilah mendung datang membayangi hari-hari Thomas selanjutnya. Meski tidak menyukai melakukan ini, Thomas tidak dapat menolak sang mendung. Meskipun gelombang kebencian sudah membuat hubungannya dengan si pembawa mendung sendiri sudah mendung selama beratus-ratus purnama. Kini, hubungan itu pun dapat mereda atau semakin membadai. Turut pula Thomas menyeret Julia ke dalam lubang masalah.

Kuliah Ekonomi Diselingi dengan Aksi Tahan Napas

Membaca Negeri Para Bedebah ibarat membaca makalah ekonomi yang disertai dengan aksi ala agen FBI. Tidak nyambung tapi seru. Entah bagaimana caranya, Tere Liye sang penulis mampu meramu hal-hal semembosankan ilmu ekonomi menjadi topik yang menarik untuk diselipkan dalam berbagai ketegangan akibat aksi kejar-kejaran di buku setebal 400-an halaman ini.

Tere Liye dalam Negeri Para Bedebah sukses merekam Krisis Finansial 2008 versinya sendiri. Tidak serta merta menawarkan fakta aktual layaknya laporan majalah ekonomi, Tere merekam hal itu dengan mengambil sudut pandang satu bank fiksi yang kolaps akibat krisis finansial terburuk dalam hampir seratus tahun itu.

Menariknya, kolapsnya bank fiksi ini 'telihat' seperti memfiksikan sebuah bank yang memang kolaps di sekitaran tahun itu. Entah menyindir ataupun tidak, cerita yang terinspirasi dari sesuatu yang nyata memang selalu menarik untuk diikuti.

Kejadian nyata, cek. Topik yang memang masih panas di tahun penerbitannya di sekitar 2012, cek. Dua hal itu sudah cukup untuk membuat Negeri Para Bedebah menjadi suatu karya yang layak untuk mendapatkan atensi khusus.

Saya sendiri membaca novel ini pertama kali di sekitar 2015, dan langsung jatuh cinta dengan gaya tulisannya Tere Liye. Sekarang, sudah ada dua serial karya Tere Liye yang saya baca. Saya suka kisah-kisah karya Tere. Tetapi, sebagai cinta Pertama, Negeri Para Bedebah akan selalu memiliki tempat khusus.

Penutup

Negeri Para Bedebah adalah novel yang mampu merekam suatu kejadian global dari sudut pandang penulisnya. Negeri Para Bedebah bukan laporan investigasi atau karya tulis ilmiah yang wajib dipercayai seutuhnya. Di luar banyaknya hal-hal aktual dan faktual yang diselipkan di dalan buku ini, ini masihlah sebuah karya fiksi. Adios.

#30DWCDay27


Comments