Frozen II yang Lebih Indah dan Dewasa

Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar


Judul
: Frozen II
Sutradara
: Chris Buck, Jennifer Lee
Penulis Skenario
: Jennifer Lee
Genre
: Fantasy, Animation
Pemain
: Idina Menzel, Kristen Bell, Josh Gad, Jonathan Groff, Evan Rachel Wood, Alfred Mollina, Alan Tudyk
Rilis
:22 November 2019
Durasi
: 103 Menit



Enam tahun lalu, Disney berhasil menggebrak jagat perfilman dunia dengan sebuah film 'anak-anak' yang sanggup menjaring jutaan pasang mata dan mengumpulkan lebih dari 1,3 miliyar Dollar AS atau sekitar 15 triliun Rupiah. Kala itu, Disney lewat Frozen bukan hanya menggebrak lewat film. Lagu tema utama juga turut mengguncangkan jagat permusikan. Tembang Let It Go yang dipopulerkan oleh Idina Menzel di versi filmnya dan direkam oleh Demi Lovato di versi albumnya sukses membius telinga ratusan juta lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Disney tampaknya belum bisa move-on dari film mereka ini. Terbukti dengan mereka yang merilis beberaoa film pendek yang ditambahkan di konten film panjang mereka. Rumor adanya sekuel juga semakin gencar terdengar dalam beberapa tahun ini.

Hingga akhirnya titik terang itu terbukti dengan dirilisnya trailer sekitaran Juni lalu. Mengambil waktu tayang berdekatan dengan Hari Thanksgiving alih-alih mendekati Natal dipilih karena Disney masih punya senjata pamungkas di Natal, Star Wars the Rise of the Skywalker.

Frozen II melanjutkan kisah Ratu Arendelle, Elsa (Idina Menzel) sekitar tiga tahun usai akhir cerita film pertamanya. Elsa yang kini fokus dalam menjalankan negerinya kemudian dihantui oleh cerita masa lalu ibu dan ayahnya yang diungkapkan secara samar kepadanya dan adiknya, Anna (Kristen Bell) ketika mereka kecil.

Hal itu kemudian membuat Elsa secara tidak sadar membuka luka masa lalu yang belum habis dan mengundang bala bencana kepada Arendelle. Untuk menghindari bencana yang lebih parah, Elsa kemudian memutuskan untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu. Anna kemudian meminta untuk ikut dan diiringi pula oleh kekasih Anna, Kristoff (Jonathan Groff), boneka salju karya Elsa Olaf (Josh Gad), dan keledai Kristoff, Sven.

Dari petualngan inilah mereka kemudian menemukan kisah-kisah salah persepsi dan dosa masa lalu yang harus ditebus demi keselamatan bersama. Hal ini turut membongkar penyebab kematian ayah Elsa dan Anna, Raja Agnarr (Alfred Molina) dan Ratu Iduna (Evan Rachel Wood).

Pada dasarnya, Frozen II tidak memberikan pengalaman menonton yang baru bagi para penontonnya. Meskipun secara plot cerita, ceritanya lebih gelap dibandingkan film pertamanya. Sayangnya polanya masih tetap sama. Berujung pada ambisi menguasai wilayah lain.

Yang sangat menonjol dari Frozen II adalah tampilan Elsa yang lebih menarik dibandingkan di film pertamnya. Padahal, Elsa sendiri sudah sangat menarik di Frozen. Lagi-lagi sayang, perbaikan tampilan itu tak diikuti dengan perkembangan karakter yang layak. Time-skip tiga tahun seakan hanya tempelan yang tidak mempunyai dampak apapun. Karakter mereka tetap karakter di film pertamanya. Oh tidak, Elsa berubah sedikit. Ia menjadi lebih percaya diri dibandingkan dirinya di masa lalu.

Aspek terbaik di Frozen II adalah visualnya yang sangat memanjakan mata. Disney memang sudah sangat terkenal kalau di bidang visual. Sudah bukan rahasia lagi kalau film-dilm Disney selalu dihiasi dengan visual memukau yang sulit untuk ditandingi oleh studio-studio lain.

Bila dibandingkan dengan Frozen yang booming bersana dengan Let It Go, Frozen II tampaknya takkan mewarisi hal itu. Lagu tema utamanya, Into the Unknown tidak terdengar sepecah pendahulunya, bahkan bila dibandingkan dengan lagu tema Disney lain di tahun ini, Speechless misalnya.

Isu LGBT, Akal-Akalan Disney?



Frozen II diselingi dengan topik yang hangat sejak penayangan trailernya Juni lalu. Topik itu adalah seputar orientasi seks tokoh utamanya, Elsa. Banyak penggemar dan warganet yang berspekulasi sampai mengadakan diskusi panjang di platform media sosial untuk mendapatkan jawaban akan hal itu.

Disney sendiri bungkam tetapi seakan memanfaatkan keadaan dengan menyebarkan hint-hint menipu dari sederetan sineasnya. Penulis ceritanya sendiri, Jennifer Lee tetap misterius dan tidak banyak berkomentar akan hal ini. Lee memancing rasa penasaran penontonnya dengan pancingan seperti 'kami belum menemukan orientasi seks Elsa dan karakter lain'.

Ketika filmnya rilis, ternyata itu semua hanyalah bumbu promosi filmnya yang digunakan (secara langsung atau tidak langsung) oleh Disney untuk membuat para calon penonton penasaran untuk membuktikannya secara langsung ke bioskop, good promotion but ehm a little too tricky.

Penutup

Frozen II adalah film yang menghibur dengan visual dan tampilan karakternya yang semakin baik. Meskipun tidak mendapatkan pengalaman baru dalam menontonnya, Frozen II masih tampil kokoh dengan kekliseannya yang ternyata cukup tangguh. Memangnya mau berharap seperti apa? 

Comments