Menonton Drama Kemanusiaan Satu Sorot di 1917

oleh: Syafril Agung Oloan Siregar



Judul
: 1917
Sutradara
: Sam Mendes
Penulis Skenario
: Sam Mendes, Krysty Wilson-Cairns
Genre
: Epic Drama, War
Pemain
: George MacKay, Dean-Charles Chapman, Colin Firth, Benedict Cumberbatch, Daniel Mays, Pip Carter, Richard Madden, Mark Strong
Rilis
:10 Januari 2020
Durasi
: 119 Menit

'I hoped today might be a good day. Hope is a dangerous thing.' - Colonel MacKenzie 

Perang Besar (the Great War) atau nantinya akan lebih dikenal sebagai Perang Dunia Pertama (First World War) adalah salah satu peristiwa sejarah di awal abad 20 yang menandai akhir dari berbagai perang ratusan tahun di benua Eropa dan mengawali peperangan besar di seluruh dunia. Perang ini adalah perang yang menjadi jembatan dari metode perang tradisional (perang terbuka saling adu senjata) dengan metode perang modern (perang tertutup menggunakan artileri berat.

Perang Dunia Pertama adalah perang yang meruntuhkan kekuatan-kekuatan dominan di dunia seperti Turki-Ottoman, Kekaisaran Rusia, Kekaisaran Jerman, dan Kekaisaran Austro-Hungaria, juga merupakan faktor besar berdirinya berbagai negara komunis. Belasan juta nyawa melayang akibat dari perang ini. Ketika perang berakhir, butuh puluhan tahun bagi negara-negara tersebut untuk bangkit. Sayangnya, kebangkitan negara-negara seperti Jerman hanya berujung pada perang besar selanjutnya, Perang Dunia Kedua.

Sebagai pendahuluan, perang dunia pertama adalah akibat dari hubungan politik yang sangat panas di wilayah Balkan. Saat itu, Jerman dan Perancis adalah dua negara yang hubungan negaranya sangat panas. Secara militer, Jerman jauh lebih kuat, tetapi Perancis punya Inggris dan Rusia sebagai aliansi.

Situasi panas ini semakin panas ketika seorang pemuda ultranasionalis Serbia menembak mati Putra Mahkota Austro-Hungaria, Pangeran Franz-Ferdinand. Sebagai onformasi tambahan, Jerman-Austria memiliki hubungan saudara yang sangat erat. Begitu pula Rusia-Serbia yang sama eratnya.

Tentara Jerman Berekreasi ke Paris
Rusia pun memanasi Serbia untuk tidak takut dengan Austria. Perang pun pecah pada 28 Juli 1914 ketika Austria menyatakan perang kepada Serbia. Esoknya, Rusia mengumumkan dukungannya kepada Serbia. Booom.

Bagaimana dengan Jerman? Jerman otomatis ikut berperang karena tentara mereka bergerak ke Paris tanpa komando. Hal ini adalah akibat dari Schlieffen Plan (rencana merebut Paris sebelum menyerang Rusia di saat-saat panas) yang tidak bisa dihentikan, bahkan oleh sang kaiser.

Pada Perang Dunia I, ada banyak hal yang bisa dibahas seperti peralihan metode perang dari yang tradisional menuju yang modern dengan bantuan tank, pesawat tempur, hingga senjata mesin hingga konflik kepentingan politiknya yang menciptakan berbagai manuver.

Meski sudah ada senjata berat saat itu, senjata itu masih belum terlalu kuat untuk dibawa ke medan perang. Karenanya, taktik yang lebih sering dipakai adalah membangun parit-parit raksasa yang berfungsi sebagai benteng pertahanan. Sembari secara pelan-pelan merebut 'no man's land' atau tanah tak bertuan.
Salah satu yang ingin disorot Mendes

Untuk merebut beberapa meter saja biasanya akan menelan ratusan bahkan ribuan nyawa. Begitu menegangkan. Begitu mengerikan. Wajar saja, bila Pertempuran Somme dijuluki sebagai salah satu 'Pertempuran paling mengerikan' dalam sejarah umat manusia.

Perebutan no man's land itulah yang coba diangkat Sam Mendes di 1917.

1917 Adalah Dongeng Sebelum Tidur Sam Mendes


Sam Mendes, sutradara yang akhir-akhir ini lebih terkenal menukangi dua film terakhir James Bond, Skyfall dan Spectre merupakan salah satu sutradara asal Inggris yang sangat dihormati di jagat sinema dunia. Ia sempat membawa American Beauty panen penghargaan dengan 5 Oscar, 6 BAFTA, dan 3 Golden Globes.

Ia juga sempat membuat franchise James Bond 'bangkit' dari mati surinya usai dua film sebelumnya, Casino Royale dan Quantum of the Solace sedikit lesu. Jika tidak secara pendapatan maka secara kritik. Melalui Skyfall, Mendes berhasil meraup lebih dari satu milliar Dolar AS. Spectre juga tidak gagal meskipun 'hanya' meraup 880 Juta Dolar AS.

Dengan Sam Mendes yang absen menukangi film terbaru Agent 007 yang diambil alih sutradara IT, Cary Joji Fukunaga wajar bila banyak orang berharap besar dengan film ini. Terutama dengan gembar-gembor one-continuous-shot yang sudah dipamerkan Mendes sejak awal ia memikirkan naskah 'dongeng' masa kecilnya ini.

Iya, 1917 memang terinspirasi dari 'dongeng' masa kecil Mendes. Cerita ini terinspirasi langsung dari cerita kakeknya, Alfred H. Mendes yang merupakan veteran Perang Dunia I. Bermodal cerita itulah Mendes meramu cerita ini dengan begitu ciamik dan eksklusif.


1917 bercerita tentang dua kopral Inggris, Will Schofield (George MacKay) dan Tom Blake (Dean-Charles Chapman) yang ditugaskan oleh Jenderal Erinmore (Colin Firth) untuk menyampaikan pesan kepada Kolonel Mackenzie (Benedict Cumberbatch) agar pasukannya menahan diri dari menyerang pasukan Jerman. Hal ini adalah karena pasukan Jerman sudah mempersiapkan jebakan dan pembantaian.

Berbagai kejadian menegangkan pun menghiasi perjalanan mereka mengantarkan pesan 'suci' itu. Mereka harus melewati berbagai tanah tak bertuan yang membuat waswas "jangan-jangan dijaga musuh". Mereka juga harus melewati satu kota kecil yang jelas-jelas dikuasai musuh. Untuk itulah mereka harus bergerak cepat dan tidak terdeteksi. Yang paling penting, mereka harus sampai sebelum fajar.

Berlatar di Perancis Utara, 1917 benar-benar mampu menunjukkan ketegangan 'perang' dan 'gencatan senjata' tipuan yang diiringi ketegangan tak terbatas. Meskipun secara cerita film ini terasa 'begitu aja', tetapi dengan diiringi gambar-gambar Deakins dan musik gubahan Thomas Newman, film ini benar-benar tampil sebagai pencerah Perang Dunia I (meskipun sebenarnya konteks film ini itu historical fiction, karena tokoh-tokohnya yang kemungkinan besar tidak pernah ada).

Apapun itu, 1917 adalah suguhan kelas tinggi yang sayang untuk dilewatkan kehadirannya di sinema.

Oke, secara performa film ini tampil sangat gagah dan perkasa dengan arahan Mendes yang sangat solid (bayangkan saja, kamera dua jam nonstop!) Sam Mendes berhasil mengarahkan seluruh aktornya untuk menyukseskan film ini. Begitupun para pemain yang benar-benar total dalam memainkan peran mereka di film ini. Bahkan kabarnya, Benedict Cumberbatch diprank Sam Mendes untuk menunggu di bunker selama dua bulan untuk menunggu adegannya. Benar-benar iseng!

Auto-Oscar? Eitts ... Tunggu Dulu

Nominasi Oscar 2020. Sangat ketat

2019 lalu bisa dibilang merupakan tahun paling bergelora di dekade ini dalam bidang sinema. Berbagai film-film kelas tinggi keluar di tahun yang juga menandai situasi panas pemilu di tanah air. Gelora ini dapat dilihat dari jumlah film yang mendapat tempat di Best Picture untuk bersaing dengan 1917. Dapat dikatakan hampir semuanya memiliki kekuatan-kekuatannya sendiri.

Ada Once Upon Time in ... Hollywoodnya Tarantino yang nostalgik, kemudian Ford vs Ferrarri yang tidak kalah segar, kemudian ada Joker (peraih nominasi terbanyak) yang heboh di mana-mana, kemudian ada the Irishman yang diklaim Scorcese akan menjadi karya pamungkasnya, ada Jojo Rabbit yang satir dan penuh komedi, kemudian Marriage Story yang menyentuh dan menampar, begitu juga dengan karya Greta Gerwig terbaru, Little Women yang berbalut aktris-aktris papan atas, terakhir ada Parasite, jagoan asal Asia yang digadang-gadang akan mencetak sejarah sebagai film berbahasa asing pertama yang meraih Oscar.

Semua itu akan sikut-menyikut dengan 1917 untuk mendapatkan pengakuan kualitas nomor wahid. Apa yang akan terjadi? Entahlah. Setidaknya, menurut saya piala sutradara terbaik dan sinematografer terbaik akan jatuh ke tangan Mendes dan Deakins. Sisanya? Harap-harap saja. Penulis juga sudah keburu jatuh hati dengan Marriage Story sembari berharap Parasite mencetak sejarah.

Penutup


1917 adalah film bertema perang yang spesial dan merupakan salah satu pencapaian sinematik yang wajib dirayakan. Jika film ini menang Oscar, saya rasa ulangan Birdman lima tahun lalu akan sangat terasa. Menang karena kualitas teknis kameranya yang di atas rata-rata. Adios.


Comments