Melukis Hantu dalam Tinta Kasih Ibu

 Review Pelukis Hantu (2020)

Directed by Arie Kriting


Pelukis hantu adalah film horor-komedi satir yang merupakan debut penyutradaraan Arie Kriting. Ia juga merupakan penulis skenarionya. Sebuah film yang menurut gue sangat seimbang dari aspek komedi dan dramanya. Untuk aspek horornya sendiri, tidak terlalu kental karena memang hanya sebagai tambahan saja.


Sebagai sebuah film debut, film ini benar-benar sebuah sajian yang matang dan asyik banget. Meski banyak diremehkan, Arie Kriting berhasil membuktikan kalau ia memang seorang sineas yang berkualitas. Gaya komedinya yang semakin matang, hingga fleksibilitas dia dalam segi penyutradaraan berhasil mengantarkan film ini menjadi sebuah karya yang bagus dan enak untuk ditonton.

Kalau boleh berkomentar lebih banyak, andaikan film ini pun ditonton di bioskop, filmnya tetap sangat layak karena pendekatannya yang mirip dengan film garapan rekan komedian Arie yang lain, Bene Dion tahun lalu, Ghostwriter. Tapi tetap, pada ahirnya harus diakui kalau film Arie kali ini lebih baik dalam beberapa hal. Terutama dari segi kedalaman cerita dan penampilan pemeran yang lebih tampil oke.

Ge Pamungkas misalnya. Ia yang juga tampil baik di Ghost Writer kini tampil semakin matang sebagai seorang aktor. Bisa dibilang, makin ke sini, sisi komikal Ge semakin tergerus dan digantikan oleh sisi serius yang membuatnya lebih terlihat kompeten sebagai seorang aktor, bukan penghibur atau komedian semata. Ia semakin tahu caranya untuk berlakon dengan baik. Dan itu adalah salah satu kekuatan yang berhasil mengangkat film ini beberapa tingkat.

Michelle Ziudith juga sepertinya sudah mulai meninggalkan perannya bermain di film-film romansa remaja dan mulai mengambil peran yang lebih menantang. Sebuah kedewasaan berperan yang membuat ini adalah penampilan terbaiknya sejauh ini. Mungkin sedikit lebih oke dibandingkan perannya di filmnya yang lain tahun ini, Mekah I'm Coming.

Peran-peran lain juga mampu tampil baik sesuai porsinya. Jenny Zhang tampil begitu meyakinkan sebagai Natasha. Begitu juga Aida Nurmala dan Rebecca Klopper. Mereka tampil baik sesuai porsi masing-masing. Bahkan, deretan komedian yang tampil sebagai cameo juga tampil menghibur dan terlihat sangat natural. Benar-benar asyiklah pokoknya.

Untuk ceritanya sendiri, gue lumayan tersihir dengan beberapa pesan yang disampaikan film ini. Yang pertama adalah tentang satir kepada acara televisi mistis yang kebanyakan merupakan settingan. Acara yang sama sekali tidak mendidik tetapi ternyata banyak digandrungi oleh penonton. Film ini berhasil menyindir acara-acara seperti itu dengan sangat menohok dan kritis. Meski diiringi dengan bumbu komedi, jujur saja sindirannya seharusnya nyampe sih.

Film ini juga mengambil pesan tentang makna seorang ibu bagi anak. Ibu memang digambarkan sebagai seorang yang takkan lekang kasih sayangnya, bahkan bila ia sudah tiada sekalipun. Kasihnya akan selalu abadi di jiwa anak-anaknya. Gambaran cinta seorang ibu Itu berhasil juga diselipkan Arie dalam filmnya ini. Begitu subtansif dan begitu mengharu biru. Sebuah kekuatan besar yang berhasil membuat film ini terasa lebih dan lebih lagi.

Terakhir, film ini sedikit mengambil latar di masa kerusuhan tahun 1998. Kerusuhan itu dijadikan latar belakang cerita. Meski tak dibahas secara panjang, penggalan kisah itu sendiri berhasil membumbui sekaligus mengingatkan kita kalau kejadian itu memang takkan pernah hilang dari sejarah bangsa. Kejadian itu juga mengingatkan kita kalau banyak orang tak bersalah yang menjadi korban saat itu. Pesan seperti itu berhasil ditampilkan dengan begitu halus tapi tetap terasa menohok.

Ketiga hal itulah yang menjadi isi utama film ini. Ketiganya behasil digabungkan menjadi satu oleh Arie dan membuat film ini menjadi sangat berisi. Bukan sekadar pameran komedi cuap-cuap yang tidak memiliki makna.

Overall, Pelukis Hantu adalah film yang begitu asyik untuk ditonton. Sebuah film yang berhasil menyeimbangkan sisi komedi dan dramanya dengan sangat baik. Didukung oleh pemerannya yang tampil baik dan tanpa ada overdrama yang berlebihan, film ini lebih dari layak untuk dijadikan tontonan. Adios.

Comments

Post a Comment