Nightmare Alley, Sebuah Remake dari Seorang Legenda

Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar



Judul

: Nightmare Alley

Sutradara

: Guillermo del Toro

Penulis Skenario

: Guillermo del Toro, Kim Morgan

Genre

: Neo-Noir, Psychological Thriller

Pemain

: Bradley Cooper, Cate Blanchett, Toni Collette, Willem Dafoe, Richard Jenkins, Rooney Mara

Rilis

: 19 Januari 2022 (Indonesia)

Durasi

: 150 Menit

Nightmare Alley (1947) seringkali disebut sebagai salah satu permata film Noir. Walau tak sebeken Sunset Boulevard atau Double Indemnity, film ini masih sering masuk daftar panjang film noir terbaik sepanjang masa. Filmnya sendiri dipuji oleh performa castnya yang dinilai mengisi satu sama lain. Terutama Joan Blondell yang disebut Variety sebagai yang paling hidup. Dengan reputasi seperti ini, tentu saja meremake film ini tidak mudah.

Guillermo Del Toro sendiri terkenal sebagai sutradara dengan gaya filmnya yang brutal dan penuh dengan darah. Ia adalah bagian dari trio sutradara Meksiko aka 3 Amigos (bersama Alfonso Cuaron dan Alejandro Gonzalez Inarritu) yang berhasil meraih atensi internasional dan mendominasi ajang penghargaan dalam satu dekade terakhir. Dalam sepuluh tahun terakhir, ketiganya total meraih lima Piala Oscar untuk sutradara terbaik. Lagi-lagi dengan reputasi ini, ada harapan kalau karya Del Toro kali ini akan setidaknya menyamai karya sebelumnya, The Shape of Water.

Dan menurut gue film ini pada dasarnya merupakan film yang bagus. Terutama dari segi teknisnya yang mendukung latarnya yang berada di sekitaran 1940-an. Mulai dari sinematografinya, desain artistik dan produksinya, hingga musik arahan Nathan Johnson yang berhasil menutup lubang yang ditinggalkan oleh Alexandre Desplat. Sedikit banyak musik Nathan memang terasa terinspirasi dari garapan Desplat, tetapi terdapat juga napas gubahannya di Knives Out di sini.

Segi performa akting juga dapat dibanggakan di sini. Atensi khusus kali ini gue berikan kepada Cate Blanchett yang tampil paling prima. Ia memberikan nyawa baru kepada karakter yang sebelumnya dimainkan oleh Helen Walker. Performa Bradley Cooper juga prima di sini, walau gue sendiri akan lebih memilih Tyrone Power yang tampil lebih orang sakit dibanding Cooper. Rooney Mara, Tony Collete, dan Willem Dafoe bermain dengan baik. Walau memang mereka sendiri tidak terlalu banyak tersorot.

Nightmare Alley dibangun dengan sangat lambat oleh Del Toro dan di sinilah menurut gue salah satu celah utama film ini. Penulisannya memang rapi, tetapi temponya tak terjaga. Juga masih ada beberapa karakter yang ditulis dan disajikan terlalu biasa. Gue menonton versi aslinya yang lebih singkat lebih dari 30 menit dibanding versi remakenya. Dan bagi gue, tempo versi originalnya masih lebih nyaman untuk diikuti. Walau tak serta merta sempurna juga. 

Versi remake memang mencoba untuk mendalami karakter Stan, tetapi sebagai konsekuensi karakter lainnya jadi kurang tergali dengan baik. Bahkan, karakter Zeena (Toni Collete) yang lumayan dominan di versi aslinya kini disajikan kurang menonjol.

Untungnya, babak ketiganya lumayan bagus dalam membangun ketegangannya. Ditambah pula musik arahan Nathan Johnson yang semakin membahana di bagian akhir.

Film ini adalah film yang berpesan mengenai keserakahan yang berujung pada nestapa. Ada juga beberapa unsur teologi di sini. Seperti beberapa kutipan dan interpretasi dari kitab suci yang disajikan sebagai penambah dari bumbu ceritanya. Untuk bagian ini, gue bisa bilang lumayan suka dengan pesannya. Walau tetap bisa diperdalam lagi juga.

Pada akhirnya, Nightmare Alley adalah suatu sajian neo-noir yang dibuat dengan begitu megah. Dorongan performa prima dari deretan cast serta unsur teknis yang digarap serius, membuat film ini sebagai salah satu sajian yang sama sekali tak boleh dilewatkan. Naskah memang bukan jualan utama film ini, tetapi film ini seharusnya dapat memuaskan panca indra dengan sisi-sisi teknisnya.

Comments