Mari Berimajinasi Tentang Ibu di Petite Maman
Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar
|
Judul |
: Petite Maman |
|
Sutradara |
: Celine Sciamma |
|
Penulis Skenario |
: Celine Sciamma |
|
Genre |
: Drama |
|
Pemain |
: Josephine Sanz, Gabrielle Sanz,
Stephan Varupenne, Nina Meurisse, Margo Abascal |
|
Rilis |
: 14 Februari 2022 (Indonesia) |
|
Durasi |
: 72 Menit |
Salah satu film yang gue nobatkan sebagai film favorit gue sepanjang masa adalah film anak-anak buatan sutradara legendaris Swedia Ingmar Bergman yang berjudul Fanny and Alexander. Film ini juga gue anggap sebagai magnum opusnya sutradara yang juga bermulut pedas ini. Karena itu, asalkan gue menonton film anak-anak lain, seketika otak gue kembali lagi ke Fanny and Alexander. Selalu aja gitu.
Mulai dari karya Alfonso Cuaron yang berjudul The Little Princess, Guillermo Del Torro yang berjudul Pan's Labyrinth hingga film ini. Semuanya selalu terpantul kembali ke Fanny and Alexander. Dan bagi gue itu adalah hal positif.
Petite Maman sendiri adalah film kelima dari sutradara Prancis Celiné Sciamma. Sutradara yang menjadi fenomena ketika membuat film Portrait of a Lady on Fire (Portrait de la jeune fille en feu) pada 2019 lalu. Gue sendiri meletakkan film tersebut sebagai salah satu film terbaik di tahun 2019.
Beberapa saat setelah itu, gue juga sempat nyobain menonton semua film panjangnya Sciamma. Dan semua filmnya menurut gue memiliki kualitas yang sangat bagus. Tema utama di filmnya adalah soal pencarian identitas diri. Sesuatu yang kebanyakan juga sering dihubungkan dengan orientasi gender. Tipikal lain dari filmnya adalah aktor yang bermain di filmnya adalah aktor yang belum terlalu terkenal. Bahkan dalam skena sinema lokal Prancis sekalipun.
Tetapi usai itu, nama-nama tersebut, seperti Noemie Merlant dan Luana Bajrami misalnya, langsung melejit menjadi rising star baru baik di negaranya maupun dunia.
Petite Maman sendiri mengambil tema yang sedikit berbeda dari filmnya sebelumnya. Memang masih soal penerimaan diri. Tetapi kali ini ditekankan pad penerimaan luka akibat ditinggal oleh seseorang yang amat dikasihi. Hal itu ditambah pula dengan tema yang sesuai dengan judul filmnya, Petite Maman atau yang dapat diartikan sebagai ibu kecil. Premisnya sederhana, bagaimana jika seseorang bertemu dengan ibunya yang seusia dengannya. Apakah mereka akan menjadi sahabat?
Film ini dipenuhi dengan gambar yang begitu sederhana tetapi begitu indah dan sangat memanjakan mata. Filmnya juga dipenuhi dengan momen-momen indah dan mengharukan di hampir keseluruhan film ini. Petite Maman dapat dikatakan adalah salah satu film termanis di tahun 2021. Gue ngeletakinnya hampir sejajar dengan CODA dan Language Lessons.
Performa dua aktris cilik sebagai pemeran utamanya tentu saja merupakan highlight utama film ini. Tingkah mereka benar-benar mampu membuat gue gemas dan senyum-senyum sendiri dengan kepolosan dan ketulusan mereka. Dan ternyata, kedua aktris utamanya adalah saudari kembar. Sesuatu yang awalnya gue pikir dua karakter yang dimainkan oleh satu orang.
Begitulah, film ini memang film yang begitu personal. Film yang akan banyak disukai orang meskipun tidak banyak isu-isu sosial yang coba diangkat. Wajar kalau akhirnya otoritas Prancis lebih memilih Titane dibandingkan film ini sebagau perwakilan mereka di ajang Academy Awards. Karena dari isunya Titane memang terasa lebih relevan. Walau gue tetap berpikir kalau film ini mungkin akan lebih dilirik karena nama Celine yang sedang harum sejak filmnya sebelumnya yang meledak di seluruh dunia.
Overall, Petite Maman adalah salah satu sajian wajib yang lebih dari layak untuk dinikmati. Salah satu sajian terbaik di tahun 2021. Walau di Indonesia hanya tayang terbatas di beberapa bioskop.

Comments
Post a Comment