Tentang Julie, Manusia Terburuk di Seluruh Dunia

 Oleh: Syafril Agung Oloan Siregar


Judul

: The Worst Person in the World

Sutradara

: Joachim Trier

Penulis Skenario

: Eskil Vogt, Joachim Trier

Genre

: Drama, Romance, Dark Comedy

Pemain

: Renate Reinsve, Anders Danielsen Lie, Herbert Nordrum, Hans Olav Brenner

Rilis

: 15 Februari 2022 (Klikfilm)

Durasi

: 128 Menit


Film yang menjadi penutup rangkaian trilogi yang disebut Trilogi Oslo. Trilogi yang menggambarkan permasalahan anak-anak muda di kota Oslo. Penuh dengan kehampaan dan kesendirian. Mereka tertekan di tengah gemuruh kota Oslo yang penuh dengan impian khas kota-kota besar di suatu negara. Ya, Oslo adalah kota tempat para manusia mengejar impian mereka, baik itu sebagai penulis, seniman, atau apapun. Tetapi, di tengah gemuruh itu terdapatlah para anak muda ini yang terkena tekanan batin yang disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari keluarga, percintaan, hingga karir.

Selain kota Oslo, ada satu hal lagi yang mengikat trilogi ini. Yaitu kehadiran Anders Danielsen Lie yang hadir menjadi tiga karakter yang berbeda. Tetapi, ketiga karakter itu adalah salah satu orang yang tersiksa akibat hiruk pikuk kehidupan riuh di kota Oslo. Bedanya, di dua film pertama, Reprise (2005) dan Oslo, August 31 (2011), cerita dikisahkan lewat sudut pandang karakternya. Kali ini, cerita diceritakan lewat sudut pandang karakter Renate Reinsve yang bernama Julie.

Gue merasa kalau Renate akan dengan mudah menang Academy Awards andai saja film ini dibuat dalam bahasa Inggris. Tapi, seperti yang kita tahu, dia bahkan gak dapat nominasi. Tapi itulah kenyataan. Sangat sulit bagi aktris di film non-Inggris untuk bisa dapat rekognisi. Bahkan Renate, yang sebelumnya meraih Piala Aktris Terbaik di Cannes pun terlewatkan.

Penampilan Renate di sini berhasil membuat gue kesal sekaligus iba dengan dia. Segala pilihan hidup yang dia ambil adalah karena masalah keluarganya yang bertumpuk-tumpuk. Hubungannya dengan kedua orang tuanya (terutama ayahnya) yang tidak terlalu dekat dan canggung, serta perceraian orang tuanya yang membuatnya takut dalam berkomitmen.

Ia menganggap cinta hanyalah untuk bersenang-senang. Ia tidak ingin lebih dari itu. Ia takut akan segala hal yang berhubungan dengan keluarga. Termasuk memiliki anak. Itu adalah hal yang sama sekali tak diinginkan olehnya. Tetapi, sebagai pembelaan diri, ia menganggap kalau ia menolak semua itu karena ia adalah seorang feminis. Padahal tidak, itu bukan lah hanya karena itu. Semuanya jauh lebih kompleks dibandingkan hanya mengenai feminisme.

Dari segi tema keseluruhan, film ini adalah tentang tentang hubungan sebab akibat dalam kehidupan seseorang. Sebab yang membuatnya mengambil keputusan tersebut. Kemudian akibat yang dihasilkan dari keputusan itu. Keduanya berhubungan erat dan membuat kita bertanya-tanya mengenai ketepatan keputusan yang telah diambil.

Di film ini, gue menemukan kalau gaya bercerita Joachim Trier sudah jauh lebih baik dibandingkan dua film pendahulunya. Apabila di film pertama dia masih terbata-bata dalam menyusun kisahnya, di film kedua memang sudah lebih baik, dan di sinilah ia mencapai tingkat kematangan dalam berkisah. Ia mampu menyusun cerita yang benar-benar dapat dinikmati oleh penonton. Film ini dapat dikatakan sebagai pencapaian tertinggi Joachim Trier hingga saat ini.

The Worst Person in the World adalah film tentang berbagai hal mengenai kehidupan. Film yang membahas soal sebab dan akibat dari suatu pilihan hidup. Akankah sebuah pilihan tersebut berakhir bahagia? Ataukah malah sebaliknya? Silakan dijawab sendiri.

Comments